Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menyingkap Misteri 'Ha Satan': Perjalanan Sebuah Konsep dari Ibrani Kuno hingga 'Setan' Melayu-Riau

26 September 2025   21:43 Diperbarui: 26 September 2025   21:43 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by kam/ai

Tidak adanya penyebutan bangsa Israel atau Hukum Taurat di dalam narasi.

  • Ayub sendiri bertindak sebagai imam bagi keluarganya (Ayub 1:5), yang merupakan ciri khas era patriarkal (masa bapa leluhur).

  • Umur Ayub yang sangat panjang (140 tahun) juga sesuai dengan masa hidup tokoh-tokoh kuno dalam tradisi Alkitab.

  • Dalam prolog Kitab Ayub (pasal 1-2), Ha Satan muncul di antara para "anak-anak Allah" (b'nai Elohim) di hadapan Tuhan, menerima izin untuk menguji keimanan Ayub. Peran ini dengan jelas menempatkan Ha Satan sebagai Agen Ilahi yang bertugas menguji (seorang jaksa penuduh di istana surgawi), dan bukan sebagai musuh abadi Tuhan.

    Titik Balik Evolusi: Pengaruh Dualisme Persia

    Konsep Ha Satan sebagai penuduh yang masih berada dalam kedaulatan Tuhan tidak statis. Evolusi kunci menuju figur "Setan" yang kita kenal terjadi selama dan setelah Pembuangan Babel (abad ke-6 SM). Pada periode ini, pemikiran Yahudi bersentuhan dengan ajaran Zoroastrianisme Persia, yang memiliki kosmologi dualistik yang jelas: dewa kebenaran, Ahura Mazda, melawan dewa kejahatan, Angra Mainyu (atau Ahriman).

    Pengaruh pemikiran ini sangat mendalam. Konsep kejahatan pun mulai dilihat bukan hanya sebagai ujian dari Tuhan, tetapi sebagai kekuatan kosmik yang memberontak dan berlawanan dengan Tuhan. Figur "Sang Penuduh" (Ha Satan) pun mengalami transformasi dalam sastra Yahudi pasca-pembuangan (misalnya dalam kitab Zakharia) dan terutama dalam literatur antara-perjanjian (Intertestamental literature), perlahan-lahan berubah dari seorang jaksa di surga menjadi penguasa kegelapan dan musuh utama Tuhan.

    Perjalanan Kanonik Lintas Iman dan Adaptasi dalam Islam

    Peran penting Kitab Ayub sebagai catatan awal ini diakui oleh berbagai tradisi. Para Bapa Gereja memasukkan Kitab Ayub ke dalam kanon Perjanjian Lama. Meskipun jumlah kitab Perjanjian Lama berbeda di antara denominasi, Kitab Ayub diterima secara universal, menegaskan statusnya sebagai sumber utama untuk memahami evolusi figur ini.

    Konsep yang telah berkembang ini kemudian diserap oleh tradisi Kristen dan Islam. Dalam Islam, kata syaitan () memang secara etimologis merupakan adaptasi dari kata Ibrani sn. Namun, penting untuk dicatat bahwa Al-Qur'an memberikan perkembangan teologisnya sendiri yang kaya. Figur Iblis (yang sering disamakan dengan as-syaitn ar-rajm atau "setan yang terkutuk") diceritakan secara detail penolakannya untuk sujud kepada Adam atas perintah Allah, yang menekankan dosa kesombongan (kibr) sebagai sifat utamanya. Jadi, meski berbagi akar linguistik, konsep syaitan dalam Islam bukanlah impor mentah-mentah, melainkan memiliki penekanan doktrinal yang unik.

    Dari dunia Islam, konsep ini kemudian menyebar ke Nusantara melalui perdagangan dan dakwah, diserap ke dalam bahasa Melayu-Riau menjadi "Setan" dengan membawa serta lapisan makna teologis yang telah dikembangkan selama ribuan tahun.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
    Lihat Bahasa Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun