Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Darurat Baca Pejabat: Mengapa Buku Lebih Berharga dari Kemewahan dan Kekuasaan Semu

26 September 2025   13:56 Diperbarui: 26 September 2025   18:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Wong kang ngerti malah ora omong. Wong kang omong malah ora ngerti." (Orang yang tahu malah tidak berbicara. Orang yang berbicara malah tidak tahu.)

Membaca buku non-fiksi mendalam, sejarah, atau filsafat adalah jalan untuk mencapai ngerti (pemahaman mendalam). Ini adalah cara untuk melawan miopi kebijakan. Membaca membantu pejabat mengadopsi Pendekatan System Thinking, yang melihat masalah bukan sebagai kejadian tunggal, melainkan sebagai bagian dari sistem kompleks yang saling terhubung. Inilah yang membedakan kebijakan yang reaktif (menambal) dengan yang proaktif (mencabut akar masalah).

 

II. Penawar "Aja Dumeh" dan Pentingnya Humble Leadership

Fenomena pejabat yang lebih bangga memamerkan kemewahan daripada koleksi buku adalah manifestasi dari penyakit mental yang disebut "Aja Dumeh" (Jangan sok).

"Aja dumeh: nggantheng/ayu, kuwat, sugih, kuwasa. Jangan sok: keren, kuat, kaya, kuasa."

Sikap sombong dan abai ini dapat menciptakan "Pygmalion Effect Negatif" di lingkungan kerja dan publik---di mana standar literasi dan etika akan ikut menurun sejalan dengan rendahnya ekspektasi dan perilaku pemimpin.

Buku adalah penangkal paling efektif. Membaca mengajarkan pejabat tentang roda kehidupan dan ketidakabadian kekuasaan:

"Samangsa urip, manuk mangsa semut. Sawuse mati, ganti manuk kang dimangsa semut."

Kesadaran historis dan filosofis ini melahirkan Kerendahan Hati Kepemimpinan (Humble Leadership). Kerendahan hati yang didapat dari refleksi membaca jauh lebih unggul daripada otoritas yang dipaksakan. Ini membuat pejabat menyadari bahwa kemuliaan didapat karena adab, bukan karena keturunan. Membaca adalah latihan andhap asor (kerendahan hati) untuk mengendalikan ego.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun