Panel 4 (Kiri Atas):
- Gambar: Dua wanita hendak bunuh diri
- Identifikasi: Dua istri Rangga Lawe yang melakukan bela pati setelah kematian suaminya
2.3. Analisis Gaya dan Periode Artistik
Berdasarkan karakteristik gaya, relief PGM menunjukkan ciri-ciri wayang gedhog atau wayang krucil yang berkembang pada abad ke-16-17 M, dengan karakteristik:
- Proporsi figur yang lebih realistis dibanding wayang kulit purwa
- Detail pakaian dan senjata yang lebih naturalis
- Pengaruh gaya Jawa Timuran yang masih kental
Hal ini memperkuat dugaan bahwa PGM tidak berasal dari era Majapahit Klasik (abad ke-13-14), melainkan dari periode lebih muda.
2.4. Penanggalan Melalui Sengkala Memet
Relief pada PGM mengandung sengkala memet (kronogram visual) yang dapat dibaca sebagai penanda waktu pembuatan. Berdasarkan sistem penanggalan Jawa, keempat panel dibaca secara pra-sawya (berkeliling ke kiri):
- Panel 1 (Kiri Bawah): Satria pemberani = 1
- Panel 2 (Kanan Bawah): Raksasa (5 jari megar) = 5
- Panel 3 (Kanan Atas): Perang di air = 4
- Panel 4 (Kiri Atas): Dua putri = 3
Pembacaan: 1 - 5 - 4 - 3 = Tahun 1543 Saka
Konversi: 1543 Saka = 1621 Masehi
2.5. Korelasi dengan Sumber Historisd
Penanggalan 1621 M ini konsisten dengan:
- Masa pemerintahan Adipati Pragola II (1600-1627 M) di Kadipaten Pati
- Periode kekuasaan Sultan Agung (1613-1645) di Mataram Islam
- Data arkeologis yang menunjukkan perkembangan wayang krucil pada abad ke-17
2.6. Perbandingan dengan Interpretasi Sebelumnya
Interpretasi sebelumnya oleh juru kunci yang menghubungkan relief dengan cerita Damarwulan-Minakjingga dinilai kurang sesuai karena:
- Tidak adanya atribut khas Minakjingga (pincang, gada wesi kuning)
- Tidak ditemukan referensi perang Damarwulan-Minakjingga di area air
- Ketidakcocokan karakteristik gaya wayang dengan periode Damarwulan