OLEH: Khoeri Abdul Muid
Di tengah arus konsumerisme, banyak orang terjebak dalam gaya hidup berlebihan. Demi gengsi, rela berutang. Demi pencitraan, rela memaksakan diri membeli sesuatu di luar kemampuan.
Padahal, orang Jawa sejak dulu mengingatkan dengan pitutur: "Aja ngaya." Jangan memaksakan diri di luar batas kemampuan.
Aja Ngaya: Hidup Selaras dengan Kemampuan
"Aja ngaya" bukan berarti anti-ambisi. Orang Jawa tetap menghargai kerja keras. Namun, nasihat ini menekankan pentingnya keselarasan antara kebutuhan dan kemampuan.
Memaksakan diri hanya akan menimbulkan masalah: stres, konflik, hingga kerugian. Hidup yang damai adalah hidup yang sederhana, wajar, dan apa adanya.
Perspektif Islam: Larangan Israf dan Tabdzir
Islam sangat menekankan moderasi gaya hidup. Allah berfirman:
"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)
Rasulullah SAW juga hidup sederhana, meski mampu hidup mewah. Beliau tidur di atas tikar, makan secukupnya, dan tidak pernah berlebihan.
Moderasi bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan untuk mengendalikan nafsu.