Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Refleksi Reshuffle Kabinet, Mencari "Ratu Adil" di Tengah Realita Politik

17 September 2025   23:19 Diperbarui: 18 September 2025   13:24 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ora rumangsa dadi wong nomer siji – tidak merasa sebagai penguasa tertinggi, melainkan pelayan yang ngayomi tanpa menguasai, memimpin tanpa mengendalikan.

Ratu Adil Palsu: Ancaman yang Selalu Mengintai

Namun, kisah rakyat juga memperingatkan adanya Ratu Adil palsu: tampak gagah di luar, tetapi rapuh di dalam. Ia merasa sebagai “wong nomer siji,” menindas rakyat, dan menjadikan kekuasaan sebagai alat memuaskan diri. 

Pertanyaannya: apakah reshuffle ini benar-benar mendatangkan pembaru dengan nurani, atau hanya menghadirkan figur elok di permukaan tetapi cacat moral di dalamnya?

Menimbang Reshuffle 2025: Antara Filosofi dan Track Record

Mari uji reshuffle terakhir dengan kaca mata “Ratu Adil”, namun ditambah dengan melihat rekam jejak dan konteks politiknya:

Asih mring kawula dasih: Publik menunggu apakah Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa yang dikenal sebagai ekonom pasar, mampu merumuskan kebijakan fiskal yang berpihak pada rakyat kecil di tengah harga bahan pokok yang melambung, ataukah akan berfokus pada stabilisasi makroekonomi untuk menarik investasi. Ferry Juliantono sebagai Menteri Koperasi UKM ditantang untuk membuktikan komitmennya membangun dari bawah, bukan sekadar melanjutkan program populis tanpa impact nyata.

Prasaja (Kesederhanaan): Akankah menteri-menteri baru menghindari politik pencitraan? Latar belakang para menteri baru yang banyak berasal dari kalangan profesional dan partai penguasa menjadi ujian: apakah mereka fokus bekerja atau justru sibuk membangun loyalitas politik pada elite?

 Ora rumangsa dadi wong nomer siji (Rendah Hati): Sejauh mana mereka bisa rendah hati mendengar kritik, transparan, dan mau mengakui kekurangan? Pergantian di Menko Polkam, misalnya, akan diuji kemampuannya membangun konsensus dan mendengarkan semua pihak, bukan memaksakan pendapat.

Pengamat dari kampus-kampus besar sudah mengingatkan, reshuffle jangan hanya jadi ajang konsolidasi politik semata, melainkan harus membuka ruang bagi representasi sipil dan profesionalisme yang lebih luas. 

Netizen pun menyoroti dengan tajam: rakyat tak butuh drama pergantian kursi, tapi harga beras yang turun, lapangan kerja yang terbuka, dan perlindungan sosial yang nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun