Mohon tunggu...
khasna afika
khasna afika Mohon Tunggu... mahasiswa

perempuan yang mencoba mengejar cita citanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maisir: Dari Masa Jahiliiyah Hingga Era Digital, Mengapa Harus Kita Waspadai

24 September 2025   08:06 Diperbarui: 24 September 2025   08:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Larangan mengenai maisir ditegaskan dalam Al-Qur’an, antara lain dalam surah Al-Baqarah ayat 219 dan Al-Maidah ayat 90-91. Allah SWT dengan jelas menyebutkan bahwa dalam perbuatan ini terdapat dosa besar dan dampaknya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Bahkan dikatakan sebagai perbuatan setan yang menimbulkan permusuhan, kebencian, dan melalaikan manusia dari mengingat Allah.

Namun faktanya, meskipun larangan itu sudah sangat jelas, praktik maisir terus hidup dalam berbagai bentuk. Dari masa jahiliyah hingga era digital sekarang, wajahnya berubah, tetapi hakikatnya tetap sama: ada pihak yang menang, ada pihak yang kalah, dan selalu ada harta yang berpindah secara tidak adil.

Maisir di Masa Jahiliyah

Sebelum Islam datang, masyarakat Arab mengenal berbagai bentuk permainan taruhan. Ada al-mukhâtharah, yaitu praktik ekstrem di mana seseorang bisa mempertaruhkan harta bahkan keluarganya. Ada pula al-tajzi’ah, undian dengan azlâm (kayu atau semacam kartu), di mana pihak yang kalah harus menanggung kerugian seekor unta.

Selain itu, permainan dadu (nirdasyir) dan catur (al-masyathirah) juga sering dijadikan sarana taruhan. Menariknya, sebagian permainan tersebut sempat dianggap wajar. Bahkan Abu Bakar pernah melakukan taruhan dengan kaum musyrik mengenai kemenangan Romawi atas Persia. Namun setelah ayat keharaman turun, praktik itu dihapus total.

Hal ini menunjukkan bahwa Islam hadir untuk membersihkan tradisi yang merugikan, bukan semata-mata menghapus hiburan. Permainan bisa saja mubah, tetapi ketika ada taruhan yang mengandung unsur menang-kalah dan perpindahan harta secara tidak adil, maka statusnya berubah menjadi haram.

Wajah Baru Maisir di Era Modern

Kini bentuk maisir tidak lagi terbatas pada dadu, kartu, atau undian sederhana. Maisir menjelma dalam wajah modern yang jauh lebih halus dan sering kali membungkus diri dengan dalih hiburan atau bahkan bisnis.

  1. Taruhan Daring
    Platform taruhan berbasis aplikasi dan situs web menjamur. Cukup bermodal ponsel dan internet, siapa saja bisa tergoda untuk mencoba. Ironisnya, banyak anak muda terjerat karena akses yang begitu mudah, padahal risikonya sangat besar.
  2. Undian Berbayar
    Meski pemerintah pernah menutup praktik tertentu, undian berbayar masih muncul dalam bentuk lain, misalnya kuis SMS premium atau undian pada acara televisi. Bedanya hanya kemasan, tetapi hakikatnya tetap mengandung unsur spekulasi.
  3. Skema Investasi Abal-abal
    Banyak skema investasi yang sejatinya mirip maisir. Contoh paling jelas adalah Ponzi scheme atau arisan berantai. Peserta diiming-imingi keuntungan besar dalam waktu singkat, padahal sebenarnya mereka sedang mempertaruhkan uang sendiri tanpa kepastian.
  4. Fenomena Game Gacha
    Tidak jarang anak-anak dan remaja rela menghabiskan uang hanya untuk membeli loot box atau item acak di game online. Harapannya mendapat hadiah langka, tetapi kenyataannya lebih sering rugi. Pola ini sangat mirip dengan membeli undian.

Maisir vs Risiko Bisnis: Apa Bedanya?

Ada orang yang sering menyamakan antara maisir dan bisnis, padahal keduanya berbeda jauh. Dalam bisnis, memang ada risiko kerugian, tetapi risiko itu ditopang oleh perencanaan, kerja keras, dan faktor-faktor rasional. Hasilnya bisa lebih dari sekadar menang atau kalah.

Sedangkan dalam maisir, kemungkinan hanya dua: menang atau kalah. Tidak ada usaha nyata selain mengandalkan keberuntungan. Itulah sebabnya ulama menegaskan bahwa risiko dalam bisnis tidak sama dengan spekulasi dalam taruhan.

Contoh Maisir dalam Kehidupan Sehari-hari

Kalau mau jujur, praktik maisir kadang menyusup dalam keseharian kita. Misalnya:

  • Membeli tiket undian dengan harapan menang besar.
  • Bertaruh pada hasil pertandingan olahraga.
  • Mengikuti kuis berbayar di TV atau internet.
  • Membeli produk hanya demi hadiah undian, bukan kebutuhan.

Awalnya mungkin terlihat sepele, bahkan hanya iseng. Tetapi dalam pandangan Islam, semua itu tetap mengandung unsur maisir: ada harta yang dipertaruhkan, ada kemungkinan menang atau kalah, dan semuanya bergantung pada keberuntungan.

Dampak Buruk Maisir

Larangan maisir bukan sekadar aturan tanpa alasan. Ada banyak dampak buruk yang nyata, baik bagi individu maupun masyarakat.

1. Dampak bagi Individu

  • Lalai dari ibadah: orang yang sibuk dengan taruhan sering melupakan kewajiban shalat dan zikir.
  • Kecanduan: maisir menimbulkan ketagihan. Sekali menang, orang ingin mencoba lagi; sekali kalah, ia ingin balas dendam.
  • Kerugian harta: uang yang seharusnya untuk kebutuhan pokok habis untuk permainan berisiko.
  • Kerusakan mental: muncul sifat malas, angan-angan kosong, hingga serakah.

2. Dampak bagi Masyarakat

  • Permusuhan dan kebencian: orang yang kalah bisa sakit hati, menimbulkan konflik.
  • Kriminalitas: karena ingin menutup kerugian, pelaku bisa nekat mencuri atau menipu.
  • Kerusakan ekonomi: uang berputar tidak sehat, hanya berpindah tanpa menghasilkan nilai tambah.
  • Hilangnya solidaritas sosial: orang lebih mementingkan keuntungan pribadi dibanding kepentingan bersama.

Contoh paling nyata bisa kita lihat pada maraknya praktik maisir daring di Indonesia. Banyak keluarga hancur karena salah satu anggotanya kecanduan. Tidak sedikit kasus kriminal—bahkan perceraian—berakar dari masalah ini.

Saya sendiri pernah mendengar kisah seorang teman yang keluarganya terguncang akibat maisir daring. Awalnya hanya coba-coba, lalu menang kecil. Lama-lama uang gaji habis untuk deposit, utang menumpuk, bahkan motor rumah tangga ikut dijual. Ujungnya, keluarganya tercerai-berai. Cerita semacam ini bukan satu dua, tetapi sudah menjadi fenomena sosial yang memprihatinkan.

Pelajaran dari Larangan Maisir

Islam datang bukan untuk menyulitkan, tetapi untuk menjaga umatnya. Pelarangan maisir sebenarnya adalah bentuk perlindungan terhadap harta, jiwa, dan akhlak manusia. Maisir memang tampak menggiurkan karena bisa memberikan keuntungan besar dalam sekejap, tetapi kenyataannya lebih banyak membawa kerugian.

Bahkan dari sisi logika, orang yang rajin bekerja, berusaha, dan menabung tentu lebih terjamin masa depannya dibanding orang yang hanya menggantungkan hidup pada undian atau taruhan. Kerja keras memberikan kepastian, sedangkan maisir hanya menumbuhkan angan-angan kosong.

Di era digital, kewaspadaan perlu lebih besar. Jika dulu orang harus mendatangi tempat khusus, sekarang cukup lewat aplikasi di ponsel. Godaan ini bisa menyeret siapa saja, terutama generasi muda yang lebih akrab dengan internet. Maka penting bagi keluarga dan masyarakat untuk saling mengingatkan.

Penutup: Pilih Jalan yang Halal

Maisir adalah fenomena lama yang terus berganti rupa. Dari dadu dan undian di masa jahiliyah, kini hadir dalam bentuk permainan daring, undian berbayar, hingga investasi bodong. Namun apa pun bungkusnya, esensinya tetap sama: mencari keuntungan dengan cara mudah tanpa usaha yang halal.

Larangan Islam terhadap maisir bukan hanya soal hukum agama, tetapi juga soal akal sehat. Maisir merusak individu, menghancurkan keluarga, dan mengganggu tatanan masyarakat. Karena itu, sebagai umat beriman sekaligus warga negara yang peduli, sudah semestinya kita menjauhi praktik ini dalam bentuk apa pun.

Hidup yang berkah hanya datang dari jalan yang halal, bukan dari keberuntungan semu yang ditawarkan oleh maisir. Jika ingin berhasil, kuncinya bukan pada undian atau taruhan, melainkan pada kerja keras, doa, dan tawakal kepada Allah SWT.

Dan akhirnya, mari kita tanyakan pada diri sendiri: maukah kita menyerahkan masa depan hanya pada “keberuntungan”? Atau lebih memilih jalan yang jelas, meskipun butuh usaha panjang? Jawabannya tentu ada pada pilihan kita masing-masing.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun