Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat menimbulkan kesan indah bagi pembaca. Salah satu cara untuk menikmati karya sastra adalah melalui pengkajian, dimana pada kali ini akan membahas kajian psikologi sastra. Menurut Endaswara (2008:96) , psikologi sastra adalah kajian sastra yang mengandung karya sebagai kreativitas kejiwaan. Teori ini selalu menganggap bahwa karya sastra selalu membahas kehidupan manusia, yang dipengaruhi oleh kondisi psikologi seseorang yang akan mempengaruhi kehidupannya.
Hubungan antara karya sastra dan psikologi, yaitu karya sastra dipandang sebagai gejala psikologi yang akan menampilkan aspek -- aspek kejiwaan melalui tokok -- tokoh dalam karya sastra  baik yang berbentuk prosa maupun drama. Psikologi dan sastra bukanlah sesuatu yang baru  karena tokoh -- tokoh dalam karya sastra harus dihidupkan , diberi jiwa yang dapat dipertanggungjawabkan secara psikologi juga.Â
Pada teori psikologi sastra terdapat tiga aspek penggolongan yaitu, id, ego, dan superego. Id adalah naluri makhluk hidup dalam rangka mempertahankan eksistensinya dimuka bumi. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab dalam sebuah realitas. Superego adalah pengendali id dan ego yang berasal bukan dari diri sendiri melainkan dari lingkungan luar.
Kehidupan seorang perempuan mulai dari masa anak -- anak, remaja, dewasa, hingga menikah pasti memiliki kisah dan perjalanan yang berbeda. Ketika masa anak -- anaka, anak perempuan cenderung selalu dimanja oleh orang tuanya. Apalagi pada sosok ayah, anak perempuan cenderung akan lebih manja mereka menganggap bahwa sosok ayah adalah cinta pertama bagi mereka. Karena pada masa itulah seorang anak perempuan merasakan cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Begitu pun sebaliknya, sosok ayah akan selalu menganggap bahwa ketika anak perempuannya sudah dewasa ayah akan tetap menganggap anak perempuanya itu sebagai anak kecil yang cantik yang selalu dimanjanya.
Ketika seorang anak perempuan telah memasuki usia yang matang untuk menikah tentu banyak perubahan yang akan terjadi pada dirinya. Perubahan ini bisa terjadi dari segi lingkungan, keluarga dan juga psikologi  diri sendiri yang harus siap untuk membina sebuah hubungan dalam berumah tangga. Salah satu perubahan yang dominan terjadi adalah ketika seorang perempuan masih sendiri, mereka pasti akan merawat diri agar tetap terlihat cantik. Di sela -- sela waktu luang, mereka banyak menghabiskan waktu untuk merawat dirinya agar terlihat lebih cantik dan menawan sehingga ketika ada orang yang melihat dirinya mereka akan terpesona melihat kecantikannya. Berbeda ketika perempuan sudah menikah, mereka tidak bisa merawat diri dikarenakan tanggung jawab mengurus pekerjaan rumah tangga. Apakah mungkin ada perubahan yang terjadi pada perempuan setelah menikah?
Nah pada cerpen "Perempuan Itu Pernah Cantik" berisi kisah bagaimana perubahan dan perjalanan seorang perempuan dimana dia pernah merasa cantik  yang seketika kehidupannya berubah setelah menjalani rumah tangga. Cerita dimulai dimana tokoh perempuan ini mulai menjalani aktivitas sehari -- harinya sebagai ibu rumah tangga. Semua pekerjaan rumah dikerjakan sendiri oleh si perempuan itu, mulai dari mencuci, menjemur, mengepel,membuat sarapan untuk suami dan anaknya, dan juga mengasuh anak balitanya yang berumur 4 tahun. Dalam melaksanakan kegiatannya sebagai ibu rumah tangga si perempuan ini selalu bermuram dan menangis, semua orang tidak tahu apa yang dirasakan oleh si perempuan itu kecuali anak balitanya yang selalu mendekat dan bertanya "mama menangis ya?"
Semua orang tahu, memang dulu ia pernah cantik, dimana sebelum menikah ia tak pernah membayangkan akan berhadapan dengan pakaian kotor, piring kotor, dan pekerjaan rumah lainnya. Ia sendiri bahkan ingat bagaimana dulu jari jemarinya begitu lembut dengan kuku mengkilap berkuteks merah menyala dan sekarang kulit jari jemari tersebut mengelupas akibat efek dari detergen bubuk.
Setiap si perempuan itu bercermin ia selalu bergumam " dulu aku pernah cantik" tapi sekarang ia harus mengesot dilantai sambil mengelap bekas pipis anaknya, belum lagi dengan tingkah anaknya yang selalu membuat ulah, ingin sekali ia meneriaki, menampar atau memukul pantatnya atau mencubitnya bahkan ia sering berlari ke kamar mandi mencelupkan kepalanya dan berteriak sekencang mungkin.
Ketika sore hari, si perempuan itu sambil menunggu suaminya ia akan bercermin dan mencari jejak kecantikannya yang barangkali masih tersisa. Namun, sungguh si perempuan itu nyaris tak pernah menemukannya. Orang mungkin tak akan percaya bahwa dulu di masa muda ia pernah memenangkan kontes kecantikan tingkat kota. Banyak orang yang terpukau dengannya. Dan ia sempat membeyangkan akan mendapatkan suami tampan dan kaya, namun nasib berkata lain ia malah menikah dengan pemuda yang biasa -- biasa saja yaitu seorang pegawai asuransi. Ia berfikir hidupnya seperti mimpi, ia tak pernah membayangkan akan menikah dengan lekaki itu. Ia sendiri tidak tahu  apakah dia mencintai lelaki itu. Tapi yang jelas ia takut kehilangan lelaki itu.
Sesekali ia butuh tembat bersandar dan ingin ia  bercerita  kepada suaminya. Namun, setiap pulang kerja ia selalu menemukan mata lelah pada suaminya. Ia tidak sampai hati dan memilih mebiarkan suaminya beristirahat sesuai dengan caranya. Saat saat inilah ia kembali ke dapur dan mengerjakan tugas rumah yang tak ada habisnya. Setelah semua pekerjaan selesai, ia masuk ke dalam kamar, ia menyelimuti suaminya, membenarkan tidur balitanya hingga akhirnya sebelum ia benar -- benar memejamkan mata, kerap kali ia melihat dirinya dimasa muda, dan ia selalu merasa ada suara lembut yang berbisik diambang kesadaran......kau pernah cantik.
Dari cerita pendek di atas kita bisa melihat bagaimana perjalanan perempuan dan konflik batin yang dialaminya sehari -- hari setelah menikah. Hal ini bisa kita lihat bagaimana si perempuan dalam tokoh ini merasa terbebani dan selalu bermuram dalam menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Dan ketika dirinya ingin menceritakan keluh kesahnya kepada suaminya ia harus bisa menerima keadaan suaminya yang juga pasti merasakan cape setelah seharian bekerja. Si perempuan dalam tokoh ini paham betul bagaimana keadaan yang sedang dijalaninya, ia sadar bahwa dirinya bukanlah perempuan yang dulu selalu dimanja, bisa merawat diri, bisa bersenang -- senang menikmati karirnya, dan baaimana banyak orang -- orang memuji kecantikannya. Itu semua tidak akan pernah terulang pada dirinya. Sekarang ini, ia adalah seorang istri sekaligus ibu rumah tangga yang senantiasa selalu menjaga dan merawat suami dan anak -- anaknya.