Mohon tunggu...
KHOERUL ARIF
KHOERUL ARIF Mohon Tunggu... Administrasi - Iso ora iso kudu iso

Belajar menulis belajar memaknai hakikat kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Anda Seorang Manusia?

28 Juni 2019   04:40 Diperbarui: 28 Juni 2019   05:56 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bhineka akan tetapi tunggal itulah manuisa, kata Nicolaus D. Bhineka karena manusia mempunyai unsur jasmani dan rohani. Tunggal karena berupa satu benda saja. Sebuah konsep teori yang mudah bukan. Jika konsisten dengan teori ini seharusnya manusia merasa gampang menjalani hidup. Kebutuhan hanya fisik, non fisik, makan, refreshing dan untuk satu orang saja. Enak sekali hidup seperti ini.

Kepala boleh sama bundar, rambut boleh sama hitam namun isi kepala beda-beda. Manusia berdiri di atas beragam masalah kata pakar lainnya. Ahh ini rasanya yang pas dengan kondisi saya, anda, dan mereka. Tidak hanya masalah manusia juga merangkum banyak rasa. Kadang merasa senang, sering menjadi susah, biasa cemas, dan selalu merasa bosan. Selain empat rasa itu masih banyak rasa yang mampir ke dalam hidup seorang manusia.

Teori saat sekolah mengatakan manusia tiada bisa hidup tanpa orang lain dan itulah mengapa kita, manusia, disebut dengan makhluk sosial. Karena relasi sosial itulah manusia menghadapi masalah.

Petuah orang tua kita mengatakan hidup hanya mampir ngombe (baca:minum). Hidup itu hanya sebentar tidak usah khawatir dengan masalah yang datang menyapa. Begitu kira-kira pemaknaan kata mutiara itu. Masalah itu dihadapi, diselesaikan bukan untuk diresapi kata orang tua lainnya. Walau sama-sama tua tapi prinsipnya berbeda.

Manusia adalah makhluk paling rakus kata seorang suatu masa. Badannya satu, jiwanya satu tapi mimpinya dua, tiga, dan kelipatannya. Inputnya sedikit tapi minta output yang banyak. Begitulah manusia tidak hanya rakus namun pelit berusaha. Kecil bahagia, muda foya-foya, tua sentosa, mati masuk surga slogan kebanyakan manusia. Tidak semua begitu kata orang bijak.

Adalah david bechkam pemain sepak bola yang melegenda. Konon katanya saat sesi latihan dia datang satu jam lebih awal dan pulang sejam lebih akhir dari rekan-rekannya. Dia sadar dia ingin menjadi pemain bintang oleh karenanya dia rela melebihkan waktu berlatihnya. Dia tidak rakus karena apa yang dia dapat sepadan dengan apa yang dia korbankan.

Manusia tempat salah dan lupa, manusia lainnya tempat benar dan ingat. Kesalahan orang lain cepat kita lupakan, kebaikan orang terus kita kenang, kesalahan dimaafkan, kebenaran diberi pujian begitu seharusnya. Namun apa daya, banyak manusia melakukan sebaliknya.

*****

Bhineka Tunggal Ika kata leluhur kita. Manusia Indonesia banyak ragamnya, banyak adatnya namun persatuan yang utama. Mudah diucapkan namun sulit diwujudkan. Negara kita sudah merdeka entah manusianya. Manusia Indonesia terdiri dari jawa, sumatera, papua, dan banyak lagi lainnya. Walau berbeda kita punya satu tujuan dalam pembukan Undang-Undang Dasar 1945.

Manusia Indonesia senang minum kopi dengan seiris pisang roti ngobrol kesana kemari. Lupa diri juga lupa anak istri. Lupa kalau dia sedang bekerja untuk Negara mencari nafkah demi keluarga.

Manusia Indonesia tidak rakus, yang rakus manusia Belanda menjajah tiga abad lamanya. Manusia Indonesia tidak juga pelit tiga abad itulah buktinya.

Jika Manusia di sini saat ini merasa belum merdeka maka pertanyaannya siapa yang menjajah? Tentu bukan Belanda. Mimpi dan cita-cita itulah yang menjajah kita. Mengatur segala rupa laku dan sikap seharusnya. Semakin banyak cita semakin lama kita dijajah.

Haruskah manusia Indonesia tiada mimpi agar bisa bebas merdeka? Silahkan saja tapi Belanda akan kembali lagi menghampiri dalam siang dan malam hari.

(dalam suatu pelatihan, dapat jatah menulis rubrik refleksi. Jadilah tulisan seperti di atas, masih banyak kekurangan mohon koreksi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun