Apa yang kamu harapkan dari semesta?
Di sini tempatnya luka, banyak air mata yang menetes, hati yang menganga karena robek di kisah pelik malam Minggu.
Jujur, jangan lari, kamu ga harus selalu baik-baik saja. Senyum mu bukan simpul abadi, menangis saja karena itu gapapa.
Hari ga selalu warna-warni, kadang hanya satu warna, entah biru, entah abu.
Aku tahu kamu sudah berusaha, sudah banyak peluh dan tangis yang menetes, sudah banyak langkah kaki yang kamu tapaki. Walaupun jejak terhapus angin dan hujan, jangan lupa untuk lihat ke belakang, kamu sudah berjalan sejauh itu. Kamu hebat, hargai prosesnya, bersyukur, berserah karena itu kuncinya.
Banyak orang bilang, "jangan lihat ke belakang, itu masa lalu, sudah, fokus saja dengan masa depan mu."Â
Memangnya kenapa menatap masa lalu? Bukankah pengalaman itu guru terbaik? Bagaimana bisa kamu jadi lebih baik kalau tidak belajar dan menilai dari masa lalu mu? Gapapa, bertemanlah dengannya, jangan takut.
Aku tahu kamu ingin berdiri dengan kaki mu, tanpa topangan siapapun, karena kamu sadar pada akhirnya kamu hanya sendiri, memilih jalan mu sendiri, menanggung hidup mu sendiri. Mereka bisa apa?Â
Kalau kata rintiksedu, ada banyak hal yang harus 'di-gapapa-in'.
Jatuh itu biasa, semangat mu ga harus selalu menyala dan itu gapapa, kalau capek berhenti dulu, cari tempat teduh di bawah beringin, tapi jangan terlelap, nanti ga maju-maju.
Selalu ada cerita tentang doa dan harap, kamu tahu kan ga ada yang sia-sia? Kamu ada di titik ini bukan guyonan para pelancong. Cerita mu itu unik, setidaknya menurutmu. Setiap orang beda-beda kan?
