1. Bahasa
Selandia Baru memiliki dua bahasa resmi, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Mori. Bahasa Inggris digunakan dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan, serta pemerintahan. Sementara bahasa Mori, bahasa asli suku Mori, dipelihara melalui pendidikan dan media. Selain itu, bahasa isyarat Selandia Baru juga diakui sebagai bahasa resmi.
2. Agama
Agama di Selandia Baru cukup beragam. Sebagian besar penduduk menganut Kristen (Anglikan, Katolik, dan Presbiterian). Namun, terdapat pula komunitas agama lain seperti Hindu, Buddha, Islam, serta kepercayaan tradisional Mori. Menariknya, banyak warga Selandia Baru yang menyatakan dirinya tidak beragama, sejalan dengan tren sekularisasi di negara tersebut.
3. Tradisi
Tradisi Mori sangat berpengaruh terhadap identitas budaya Selandia Baru. Salah satunya adalah Haka, tarian perang tradisional yang kini sering dipertunjukkan dalam acara olahraga, khususnya oleh tim rugby nasional All Blacks. Selain itu, ada juga tradisi ukiran kayu, tato tubuh tradisional (ta moko), serta upacara penyambutan tamu (powhiri).
4. Makanan
Kuliner Selandia Baru dipengaruhi budaya Inggris dan Mori. Makanan khas antara lain:
* Hangi: makanan tradisional Mori yang dimasak dengan cara dikubur dalam tanah menggunakan batu panas.
* Pavlova: kue berbahan dasar putih telur dengan krim dan buah segar.
*Seafood: seperti kerang hijau, ikan, dan udang yang melimpah karena negara ini kepulauan.
Domba panggang: salah satu hidangan populer karena Selandia Baru terkenal dengan peternakan dombanya.
5. Arsitektur
Arsitektur di Selandia Baru memadukan gaya Eropa kolonial dengan pengaruh Mori. Bangunan bersejarah seperti Parliament House di Wellington menampilkan gaya neoklasik dan art deco, sedangkan rumah-rumah tradisional Mori (wharenui) memiliki ukiran simbolik yang mencerminkan kisah leluhur. Saat ini, arsitektur modern yang ramah lingkungan dan memanfaatkan pemandangan alam juga berkembang pesat.
6. Pakaian
Pakaian sehari-hari masyarakat Selandia Baru modern mirip dengan negara Barat lainnya, yaitu kasual dan praktis. Namun, pakaian tradisional Mori seperti korowai (jubah bulu) masih digunakan pada acara adat dan upacara resmi. Selain itu, tato Mori (ta moko) juga dianggap bagian penting dari identitas budaya.
7. Dinamika Biologi / Permasalahan Budaya
Selandia Baru menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidupnya. Negara ini memiliki banyak spesies endemik, tetapi juga mengalami masalah punahnya spesies asli akibat masuknya hewan pendatang seperti tikus, musang, dan kucing. Dari sisi budaya, salah satu tantangan adalah menjaga bahasa dan tradisi Mori agar tidak tergerus oleh budaya global.
8. Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Selandia Baru
Globalisasi membawa dampak positif dan negatif. Positifnya, Selandia Baru semakin dikenal dunia melalui olahraga, pariwisata, serta industri film (seperti "The Lord of the Rings" yang memperkenalkan keindahan alamnya). Namun, globalisasi juga mendorong budaya konsumtif dan dominasi budaya Barat, yang dapat mengikis tradisi lokal Mori. Untuk mengatasinya, pemerintah dan masyarakat berupaya melestarikan budaya asli melalui pendidikan, festival, serta promosi pariwisata budaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI