Mohon tunggu...
Khalid Walid Djamaludin
Khalid Walid Djamaludin Mohon Tunggu... Ilmuwan - Social Researcher

My name is Khalid Walid Djamaludin. I am an Independent Social Researcher from PRODES Institute Indonesia. my research interests are Economic Anthropology, Political Economy, Corruption Studies, and Social Empowerment.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Resistensi Ekonomi Bazzar dan Sektor Informal di Perkotaan

26 Januari 2021   12:22 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:50 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Bappenas di pemerintahan Jokowi, Andrianof Chaniago (Republika), mengatakan berhentilah memamerkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia), karena merupakan sebagian kecil daripada indikator pembangunan nasional. Selama ini indikator kemajuan atau keberhasilan pembangunan manusia hanya berdasarkan pada kemajuan kualitas fisik plus kemajuan pendidikan. 

Apa yang kurang dari situ, lanjutnya, adalah orang yang cerdas dan sehat fisiknya belum tentu berguna dan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. United National Development Program (UNDP) pada tahun 1990 telah menerbitkan HDIR (Human Development Index Report) yang bertujuan mengetahui usia panjang yang diukur dengan tingkat harapan hidup, pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca dan rata-rata tahun sekolah, dan penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan, yaitu disesuaikan menurut daya beli mata uang masing-masing negara dan asumsi menurunnya utilitas marjinal penghasilan dengan cepat. 

Untuk itu pentingnya perekonomian bazaar dan sektor informal untuk dilindungi dan dikembangkan serta dapat memainkan peranannya dalam kegiatan pembangunan nasional yang pada intinya dipengaruhi oleh seluruh elemen ekonomi bangsa, dari skala kecil hingga skala besar. 

Di dalam perekonomian bazaar termasuk sektor informal terdapat hal-hal sensitif yang apabila tidak ada perhatian khusus akan menimbulkan dampak serius dari proses pembangunan nasional. 

Seperti halnya permasalahan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dalam hal ini berkaitan dengan ketenagakerjaan. Walaupun di sektor informal kualitas SDM yang diukur dari faktor pendidikan tidak terlalu penting, tetapi ada upaya untuk menuju kearah yang lebih baik tentunya ada dukungan dari pemerintah dalam bentuk program dan kebijakan. Kita masih terpaut jauh dari negara tetangga kita, yakni Brunei, Malaysia, dan Singapura dalam hal Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Pada dasarnya penulis akan menjelaskan persoalan yang terjadi ketika dalam proses pembangunan, perekonomian bazaar dalam sektor informal tidak dapat diberdayakan, baik nantinya pengaruh faktor pendidikan yang dijelaskan dari data Human Development Index (HDI) dan pengaruhnya terhadap kualitas tenaga kerja atau SDM, faktor pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap keberlangsungan perekonomian bazaar dengan sektor informal dan pengangguran yang berpengaruh terhadap peningkatan angka kemiskinan akibat dari kurangnya penyerapan tenaga kerja di sektor informal. 

Penulis mengangkat permasalahan perekonomian bazaar, salah satunya dengan merujuk pada penelitian Karningsih (2014) berkenaan dengan permasalahan mobilitas sirkuler wanita pedagang kaki lima, studi kasus di Pasar Johar kota Semarang. 

Faktanya secara umum partisipasi kaum wanita lebih kecil. Dominasi kaum pria di sektor informal dewasa ini masih besar khususnya di Afrika, Asia, dan Amerika Latin (Manning, dkk, 1985: 92). Tetapi partisipasi kaum wanita di beberapa sektor masih cukup tinggi, seperti sektor perdagangan dan pelayan rumah tangga.

Kemudian, segmentasi ekonomi informal  juga mewakili tingkat penghasilan yang diperoleh. Pekerja lepas berada dalam posisi paling terakhir dalam hal penghasilan, sementara pengusaha informal pada posisi tertinggi. Segmentasi ini juga memiliki dimensi gender. Kaum wanita menguasai informalitas di segmen bawah, sementara kaum pria mendominasi segmen atas (Chen (2007) dalam ILO,2010).

  • Studi Kasus pada Wanita Pedagang Kaki Lima

Wanita pedagang sebagian besar berasal dari daerah pedesaan, dengan alasan tertentu memilih terlibat dalam sektor informal di perkotaan terutama di sektor perdagangan kaki lima. 

Mereka yang berusaha di sektor ini nampaknya sudah terlanjur memancarkan citra buruk, karena diidentikkan dengan kebodohan, kekumuhan, kemiskinan, pengacau lalu lintas dan keindahan kota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun