Mohon tunggu...
Khaidir Asmuni
Khaidir Asmuni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Alumnus filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Wake Up! Ternyata Kita Belajar Teknologi Nano dari "Museum"

1 Januari 2022   09:28 Diperbarui: 1 Januari 2022   11:37 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu ditempatkan pada wadah vakum (cetakan). Sel akan tumbuh menjadi ribuan muscle fibers (serabut otot) untuk memproduksi daging sintetis.

Berdasarkan studi, dengan cara biopsi, stem cells diambil dari setiap hewan donor dalam satu sesi setiap 3 bulan, menggunakan teknik biopsi jarum, masing-masing menyediakan sekitar 500 mg jaringan. Hewan tersebut diobati dengan analgesik untuk meminimalkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pasca-prosedur.

Dari hasil penelitian diperoleh, satu biopsi dapat menggantikan pemotongan 20 sapi. Jika 20 biopsi semacam itu dapat diambil per hewan, satu donor dapat menggantikan 400 sapi selama masa hidupnya.

Pertimbangan selanjutnya adalah nasib sapi donor setelah mereka tidak lagi mampu menjadi donor sel punca yang efektif. Pilihannya dibiarkan mati alami atau disembelih untuk dikonsumsi.

Melihat penjelasan ini tentu saja pemenuhan kebutuhan daging konsumsi akan mampu dipenuhi dengan daging budidaya. Bahkan daging budidaya memiliki keunggulan untuk menghilangkan berbagai zat-zat yang tidak baik bagi kesehatan, seperti kolesterol.  Dengan mengkonsumsi daging buatan ini akan lebih sehat.

Mengejar Ketertinggalan

Anggap saja kita setuju mengembangkan nanosains dan nanotchnology ini lewat daging budi daya. Persoalannya, sejauh mana teknologinya itu kita kuasai?

Kita mengakui implementasi nanotchnology sudah lama dilakukan di Indonesia. Namun, persoalannya penelitian dan hasil inovasi terkait itu belum masuk dalam trend analysis. Dengan kata lain, kita memang melakukan inovasi melalui Nano, namun belum masuk ke standar prioritas yang jadi trend.

Penelitian dan inovasi yang dilakukan masih berupa apa saja yang ditemukan dan bisa diinovasikan. Belum pada kebutuhan prioritas apa yang relevan untuk diteliti dan dikembangkan (diinovasikan) untuk menyelamatkan potensi sumber daya alam (SDA) kita.

Contohnya, saat kita bicara teknologi nano dari serat rotan untuk membuat kursi. Dunia sudah memanfaatkan lithium untuk mobil listrik.

Saat kita bicara serat tumbuhan untuk farmasi, dunia sudah bicara soal robot robot kecil nano yang bisa memerangi virus kanker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun