Mohon tunggu...
Khabib Bithoharoh
Khabib Bithoharoh Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Suka olahraga

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Di Desa Berbeda dengan di Kota

15 Februari 2024   19:42 Diperbarui: 15 Februari 2024   19:43 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Banyak kaum kaum muda seperti kita sedikitnya pernah berfikir tentang pemilu akhir-akhir ini, terutama kita yang berasal dari desa-desa kecil yang jauh dari kata keramaian, seperti di tengah kota misalnya. Ketika pemilu terlaksana dalam desa sebelum-sebelumnya pasti atau sudah semestinya bahkan "wajib" nya adalah fenomena kampanye dari berbagai caleg-caleg yang disodorkan dari masing-masing partai nya. 

Tak menutup kemungkinan bahwa partai demi partai melakukan dengan cara apapun untuk mengenalkan namanya, kemampuan, bahkan seolah-olah keahliannya dalam kepemimpinan. Dalam lingkup desa, terutama desa saya, tak terelakan juga seperti "dana serangan fajar" dari amplop, sembako dan janji-janji manis para caleg Tersebar luaskan di pelosok desa. 

Rakyat juga menerima dengan gembira ketika sembako tersebut berwujud kalimat "membantu". Lalu pasti dalam lubuk hati kita "ah, masak sembako seperti ini hanya ada pada  massa pemilu" dari situ pasti keraguan jiwa muda kita mulai goyah, sehingga kebanyakan dari kita memperbanyak sharing mencari kebenaran antar caleg-caleg yang akan kita coblos kelak, juga yang akan memimpin beberapa tahun kedepan. 

Dan pastinya ketika kita mencoblos caleg yang sudah kita amati, pasti muncul angan-angan bahwa kita ragu lagi apakah yang saya coblos tadi bisa amanat atau tidak, bahkan keraguan seperti itu  tidak bisa memuaskan kita, umumnya kaum muda. 

Sedangkan ketika kemarin saya melihat media sosial bahwa Gus baha juga mengomentari terhadap serangan fajar yang berbentuk amplop, sembako, dll.  Bahwa ketika caleg yang "rusak" atau sudah teranalisa kedepanya tidak amanah, korupsi, dan sewenang-wenang, wajib hukumnya caleg lain menyaingi "serangan fajar" bahkan yang lebih mewah, itung-itung untuk membeli kebenaran juga keadilan untuk kedepannya.

Lalu ketika para orang tua khusunya bagi lansia dalam menerima bantuan dari para caleg juga menerima dengan sangat gembira, namanya juga orang desa. Dan ketika sudah tiba waktu pencoblosan para orang tua ini menyuruh anak-anak nya untuk mencoblos yang sudah memberikan sembako yang katanya "membantu" memang membantu tetapi ada permintaan khusus dibaliknya. 

Jadi ketika menyuruh anak-anak nya para orang tua ini mengatakan bahwa "kita ini sudah menerima, bahkan sudah memakan sembako yang di berikan caleg A, nanti coblos saja yang A ya nak..." dari ucapan tersebut bahwa orang tua "kurang update" akan memilih siapa yang lebih dulu melakukan kampanye yang katanya bantuan. Dari situlah berangkat bahwa dalam desa kecil kita ini masih banyak fenomena-fenomena yang relatif biasa tetapi juga penting akan keberlangsungan kehidupan mereka sendiri.

Itulah sedikit fenomena di desa saya bahwa juga tidak dapat dipungkiri dari fenomena tersebut jika caleg "rusak" tetapi dana dari partai yang menjadi pengusungnya banyak, pasti akan banyak juga yang nyoblos dikalangan orang tua (kakek) seperti di desa saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun