Mohon tunggu...
KEZSHA PARAMESTI
KEZSHA PARAMESTI Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswi yang masih perlu mengasah kemampuannya dalam menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pendidikan Indonesia Seperti Pendidikan Finlandia?

2 Mei 2017   00:33 Diperbarui: 2 Mei 2017   01:05 5748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti contoh masyarakat di Indonesia cenderung berorientasi kepada nilai atau hasil akhir, hal tersebut terlihat bahwa sejak enam tahun pertama anak bersekolah, mereka sudah dinilai dan nilai tersebut dianggap sudah mempengaruhi prestasi mereka. Sedangkan apabila di Finlandia, 93% orang di Finlandia adalah lulusan sekolah tinggi, hal ini yang menyebabkan masyarakat di Finlandia lebih menghargai sebuah proses dibandingkan langsung menilai pada hasil akhir.

Hal ini yang menyebabkan kita tidak bisa langsung membandingkan dan menyamaratakan antara pendidikan di Finlandia dengan Indonesia.

Selain itu, akibat perbedaan pola pikir ini pula yang menyebabkan masyarakat Indonesia terkadang bahkan seringkali menyepelekan kemampuan seseorang di dalam bidang tertentu. Contoh nyatanya adalah masih banyak masyarakat di Indonesia yang berpikir bahwa orang yang pintar hanyalah orang-orang yang mahir dalam hitung-hitungan dan ilmu sains seperti fisika dan matematika. Padahal tentunya kita semua mengetahui bahwa setiap pribadi memiliki minat dan bakat  yang berbeda-beda, sehingga kita tidak dapat memaksakan satu pribadi untuk mahir di satu bidang yang tidak sesuai dengan passionyang ia miliki. Salah satu buktinya adalah sekolah kejuruan yang berada di Indonesia masih seringkali dipandang rendah oleh masyarakat, padahal sebenarnya akan lebih baik apabila sejak awal seorang anak sudah mengetahui minat dan bakatnya lebih awal, anak tersebut diikutkan ke sekolah yang tepat dan sesuai dengan anak yang bersangkutan. Nah karena stigma yang ada pada masyarakat mengenai sekolah kejuruan yang cenderung negatif, hal tersebut yang juga menyebabkan baik orang tua siswa, maupun siswa nya itu sendiri enggan untuk memilih melanjutkan pendidikan di sekolah kejuruan.

Berbeda dengan pandangan di masyarakat Finlandia, perlu kita ketahui sebanyak 43% masyarakat Finlandia memilih sekolah kejuruan. Di Finlandia sendiri, masyarakatnya juga cenderung dapat menghargai setiap karakteristik minat dan bakat tiap pribadi. Sehingga di Finlandia banyak terdapat sekolah-sekolah kejuruan sesuai minat dan bakat yang banyak diminati di kalangan pelajar. Nah, tentunya hal ini menjadi pertimbangan bagi para orang tua siswa dan siswanya sendiri untuk cenderung lebih memilih sekolah kejuruan dibandingkan dengan sekolah yang sistem pengajarannya masih sangat general. Nah, mari coba kita pikirkan sejenak apabila sistem sekolah kejuruan diterapkan Indonesia, menurut pendapat penulis hal ini tidak mudah untuk diterapkan begitu saja, sekalipun sekolah kejuruan yang ada Indonesia sudah cukup banyak. Karena adanya stigma negatif pada masyarakat di Indonesia tentang sekolah kejuruan, hal ini justru malah dapat mengakibatkan sekolah kejuruan semakin tidak diminati oleh masyarakat dan fungsi sekolah kejuruan tidak berjalan secara efektif.

  • Pendidikan yang Belum Merata

Apabila pada poin sebelumnya penulis telah memaparkan bahwa 93% masyarakat di Finlandia telah mengenyam pendidikan tinggi, hal tersebut berarti dapat dikatakan bahwa Pendidikan yang ada di Finlandia telah terbilang sudah merata hampir ke seluruh Finlandia walaupun belum merata secara sempurna karena masih belum mencapai angka 100%.

Sekarang mari kita bandingkan dengan kemerataan pendidikan di Indonesia, tentunya kita semua mengtahui bahwa pendidikan di Indonesia ini sangat belum merata terutama semakin ke bagian timur Indonesia. Mengingat negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan jumlah penduduknya yang juga sangat banyak, perihal pemerataan pendidikan hingga ke pelosok negeri ini tentunya masih menjadi problematika tersendiri bagi negeri ini.

Tentunya apabila pendidikan sendiri belum merata di negeri ini, maka jangan heran guys apabila masih banyak anak-anak muda di sekitar kita yang seharusnya mengenyam pendidikan seperti kita, malahan mereka putus sekolah.

  • Perbedaan Profesionalitas dan Tunjangan untuk Guru

Di Indonesia, sudah banyak guru-guru atau tenaga-tenaga pendidik yang profesional terutama di wilayah kota-kota besar. Namun, bagaimana dengan guru-guru yang berada di luar kota-kota besar? Apakah sudah terjamin tingkat ke-profesionalan-nya? Tentu saja tidak. Hal ini juga yang menjadi salah satu pertimbangan kuat mengapa sistem pendidikan Finlandia akan sulit untuk diterapkan di Indonesia.

Kita perlu tahu bahwa semua guru di Finlandia harus bergelar master, hal tersebut tentu saja berpengaruh pada kinerja para guru saat mengajar. Sedangkan di Indonesia bahkan untuk lulus S1 saja, tidak semua guru dapat lulus S1. Apalagi untuk menempuh pendidikan selanjutnya? Tentunya akan memerlukan biaya yang tidak murah. Di Indonesia sendiri keberadaan guru masih belum dijamin 100% oleh pemerintah. Salah satu bukti konkret sederhananya adalah rata-rata gaji guru di Indonesia masih belum memenuhi UMR. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Berbeda dengan Finlandia, semua guru diberi gaji yang layak bahkan terbilang cukup besar, selain itu untuk menunjang pendidikan seorang guru agar dapat mendapatkan gelar master semuanya sudah difasilitasi oleh negara, sehingga guru di Finlandia tidak perlu memusingkan diri dengan biaya pendidikan dan semacamnya. Tugas guru di Finlandia benar-benar hanya mengajar dengan profesional dan berdedikasi. Hal ini yang menyebabkan profesi guru sangat diminati di Finlandia, bahkan pada tahun 2010 ada 6.600 orang yang bersaing untuk merebut 660 kursi pelatihan guru SD. Karena tingginya kesadaran akan pendidikan di Finlandia, masyarakat Finlandia bahkan pemerintah pun juga sangat menghargai pendidikan serta menghormati setiap guru yang ada. Profesi guru sama dihargainya seperti profesi dokter dan pengacara.

Nah, dari beberapa hal yang telah penulis paparkan mungkin dapat menambah sedikit wawasan kita mengapa sistem pendidikan Indonesia tidak dapat meniru layaknya negara Finlandia. Banyaknya perbedaan-perbedaan tersebut tentunya akan menjadi bahan pertimbangan yang harus dipikirkan secara matang, karena apabila pihak yang memiliki kepentingan salah dalam melakukan pengambilan keputusan maka dampaknya akan sangat berakibat fatal.

Lantas apa yang dapat dilakukan anak muda dalam menyikapi hal ini? Penulis hanya menyarankan agar kita sebagai anak muda tidak banyak mengeluh. Karena salah satu cara untuk memajukan pendidikan di Indonesia itu dapat dimulai dari diri kita sendiri. Tidak perlu kita mengeluh kesana sini, terus menerus mengkritik pemerintah tanpa melakukan tindakan, karena yang diperlukan hanya satu, bagaimana langkah selanjutnya yang kita lakukan. Karena orang menilai kita cerdas tidak perlu dari beribu-ribu kata yang kita ucapkan, cukup dengan satu tindakan kita maka orang disekitar kita dapat melihat bagaimana diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun