Mohon tunggu...
keysa farani
keysa farani Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi saya membaca dan saya suka berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Laporan Mingguan dan tanggapan Esai yang Berjudul Politik yang Terjebak dalam Hiburan

4 September 2025   16:04 Diperbarui: 4 September 2025   16:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) memiliki posisi trategis dalam melakukan transmisi pengetahuan dan transformasi sikap serta perilaku mahasiswa indonesia melalui proses pembelajaran. Bangsa perlu meningkatkan mutu lulusan dan pembentukan karakter dengan mengikuti perkembangan secara terus menerus. Penerapan pendekatan Student Centered Learning dalam proses pembelajaran memungkinkan mahasiswa untuk aktif berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Dengan demikian, MKWU dapat menjadi fondasi kuat dalam mencetak lulusan berkarakter kebangsaan, berdaya saing tinggi, serta berkomitmen terhadap nilai-nilai bela negara.

Hal ini sangat relevan dengan kondisi politik indonesia saat ini. Banyaknya politis dari kalangan selebriti yang menjadikan parlementer sekedar panggung hiburan, mereka yang awalnya dikenal sebagai entertainer di layar kaca kini bertransformasi menjadi legislator, yang tidak sepenuhnya tuntas.

Sehingga terjadinya peristiwa penjarahan yang menyiratkan bahwa masyarakat kecewa dengan kebijakan atau sikap politik di Senayan, dan figur-figur yang  dianggap menjadikan parlemen sekedar panggung hiburan. Gedung DPR, alih-alih menjadi arena deliberasikebijakan justru diperpesikan publik sebagai panggung drama.

Media massa yang berperan besar justru memperparah situasi. Liputan yang membuat publik semakin yakin bahwa DPR lebih mirip panggung komedi daripada arena politis serius.

Inilah alasan mengapa makna representasi harus di tegaskan. Demokrasi bukan sekedar seleksi popularitas, tetapi ruang rasionalitas publik. jika terus dibiarkan, khawatir publik akan semakin apatis terhadap politik. Ketika rakyat semakin jauh dari  proses pengambilan keputusan, maka makna demokrasi itu sendiri akan pudar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun