Mohon tunggu...
KKN 111 KEBOIRENG
KKN 111 KEBOIRENG Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (PERIODE 11 JULI-25 AGUSTUS 2023)

Pemberdayaan adalah soal nurani, bukan kalkulasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dukh Craft, dari Keisengan Jadi Ladang Penghasilan

30 Juni 2021   17:16 Diperbarui: 30 Juni 2021   17:39 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Novi Susanti Membawa Buket Bunga Buatannya / dokpri

Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang sangat terdampak dengan adanya pandemi covid-19 ini. Terlebih bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang benar-benar menggantungkan sumber penghasilan mereka hanya pada konsumennya. Itulah mengapa kini banyak UMKM yang memilih untuk tenggelam, karena sudah tidak sanggup untuk tetap bertahan.

Ditengah kondisi yang kian tidak pasti, Novi Susanti (26) justru semakin tertantang untuk terus melanjutkan usaha kerajinan miliknya, yang ia namai Dukh Craft.

Novi yang akrab dipanggil teteh ini mulai merintis usahanya sejak tahun 2017, saat dirinya masih kuliah. Berawal dari keresahan teteh yang harus merogoh kocek cukup dalam hanya untuk memberikan buah tangan kepada teman-temannya yang wisuda, maka teteh mencoba membuat buket bunga sendiri untuk diberikan kepada teman-temannya.

Namun ternyata banyak teman yang memuji hasil karyanya dan mulai memasan buket kepada teteh untuk keperluan wisuda. Siapa sangka, keisengan tersebut berubah menjadi ladang komersil bagi teteh hingga saat ini.

"Dulu uang jajan teteh tipis. Jadi, daripada beli sesuatu untuk diberikan ke teman yang wisuda, teteh memilih untuk membuat buket bunga dengan modal kurang dari Rp 100.000, tapi sudah bisa memberikan 2 atau 3 buket untuk teman-teman teteh." Ujar Teh Novi.

Awalnya teteh hanya menawarkan buket dan slempang, namun sejak 2 tahun terakhir usahanya sudah mulai menjalar ke pembuatan hantaran dan mahar pernikahan. Menurut teteh, pasti selalu ada orang yang melakukan pernikahan, dan orang yang menikah membutuhkan mahar sebagai syarat pernikahan. Mahar biasanya dikemas dengan gaya yang itu-itu saja, dan pembuatan mahar hias di Jambi terbilang masih jarang. Hal itulah yang manjadi peluang besar bagi teteh, dan teteh mulai memantapkan hati untuk mengembangkan usahanya lagi.

Namun, teteh pernah berada diposisi lelah dan ingin menyerah. Hal itu terjadi ketika awal merintis mahar dan hantaran pernikahan, yang mana semua bahan baku untuk mahar dan hantaran sudah ada, namun berhubung produknya masih baru dan masih banyak yang belum tau, akhirnya bakan baku itu hanya jadi bahan yang tergeletak dan tidak terpakai dalam waktu yang lama. Modalnya pun mandek hanya untuk membeli bahan-bahan tersebut.

Untuk mengatasi hal itu, teteh mencoba mencari teman kerjasama yang bergerak dibidang Wedding Organizer (WO). Teteh menawarkan produk mahar dan hantaran dari Dukh Craft ke WO, dan WO yang akan menawarkan kepada client-nya, lalu hasilnya mereka bagi dua. Hal ini dilakukan sebagai upaya pengenalan produk terbaru Dukh Craft ke masyarakat luas.

Usaha Dukh Craft milik teh Novi menawarkan produk yang sangat beragam, mulai dari buket bunga fanel, buket sanck, selempang, friends gift, hingga mahar hias, dan hantaran hias. Untuk perbuketan dibandrol dengan harga start form Rp. 40.000, sedangkan untuk mahar dan hantaran start form Rp. 150.000 saja. Untuk hasil istimewa dengan kualitas yang luar biasa, harga tersebut masih sangat ramah dikantong para customer. Berikut contoh produk dari Dukh Craft:

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
dokpri
dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Sebelum pandemi, usaha teh Novi selalu diibanjiri pesanan-pesanan, apalagi pada saat mendekati perpisahan di sekolah, dan acara pernikahan. Semua orang berbondong-bondong memesan buket dan selempang untuk perpisahan, dan mahar serta hantaran untuk acara pernikahan.

Namun, kondisi corona seperti ini benar-benar merubah keadaan dan membuat teteh harus memutar otak agar usaha miliknya tetap bisa berjalan.

Hampir semua sekolah baik negeri ataupun swasta tidak mengadakan perpisahan. Akhirnya untuk memasarkan buket dan selempang hasil usahanya, teteh mencari target pasaran di pondok-pondok, karena mereka tetap melaksanakan perpisahan walaupun tidak semewah sebelum pandemi. Selain itu, pondok biasanya tidak hanya melakukan perpisahan, tetapi sekaligus acara khataman yang melibatnya tidak hanya satu angkatan. Dari situlah teteh membidik massa channelnya adalah pondok-pondok.

Selain itu, langkah yang diambil teteh untuk tetap bertahan dimasa pandemi adalah melakukan upgrading dari sisi strategi dan produksi. Teteh selalu berupaya mengeluarkan produk dan model terbaru agar customer tidak bosan dan selalu tertarik. Teteh juga selalu berusaha membedakan pesananan yang satu dengan yang lain, agar customer merasa bahwa produk miliknya sangat limited edition.

Meskipun segala daya dan upaya telah dilakukan, namun tetap saja perbedaan kondisi jualan sebelum pandemi dan sesudah pendemi sangatlah jauh.

Dari sisi strategi promosi, sebelum pandemi teteh menggunakan metode terjun langsung ke lapangan dan sekolah-sekolah untuk menawarkan produk dengan membawa proposal dan contoh produknya langsung. Namun saat pandemi seperti ini, teteh lebih memfokuskan promosi menggunakan sosial media dan mengandalkan hubungan baik dengan customer yang sudah ada sebelumnya.

Selain dari sisi strategi promosi, sisi pendapatanpun sangat jauh berbeda. Sebelum adanya pandemi, customer mencari produk yang wah dan mewah dengan harga kisaran Rp 100.000 ke atas, namun dimasa pandemi ini customer memilih untuk mencari produk yang minimalis dengan harga dikisaran Rp 60.000 sampai Rp 70.000.

Menurut teteh, dimasa pandemi seperti ini kita harus pintar-pintar atur keuangan, dan jangan mengambil untung yang terlalu besar. "Kita harus menerapkan sistem Cina yaitu untung sedikit tetapi customer nya banyak, biar usaha kita bisa tetap jalan disemua keadaan." Ujar teh Novi.

Sebelum mengakhiri percakapan kami, teh Novi berpesan kepada anak muda. Kira-kira begini ucapnya:

"Habiskan jatah gagalmu di masa muda, supaya ketika tua yang kita rasakan adalah enaknya saja. Dan mulailah gunakan sosial mediamu untuk usaha, bukan untuk mencari perbincangan yang tidak ada hasilnya." -Novi Susanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun