Mohon tunggu...
KKN 111 KEBOIRENG
KKN 111 KEBOIRENG Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (PERIODE 11 JULI-25 AGUSTUS 2023)

Pemberdayaan adalah soal nurani, bukan kalkulasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

How to Be A Good Listener

21 Juni 2021   17:20 Diperbarui: 27 Juni 2021   02:32 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah nggak sih lo ngerasain pas kita lagi asik-asiknya ngomong, tiba-tiba ucapan kita di potong?

Sering, pake banget! Pasti rata-rata dari kita bakal ngasih jawaban yang sama. Ya karena memang fakta menyebutkan bahwa satu dekade ini, kita lagi ada di era yang mana semua orang mau bersuara lewat berbagai platform media sosial yang tersedia.

Media sosial membuat kita bisa terhubung dan semakin leluasa untuk bersuara dan berekspresi. Namun disisi lain, media sosial juga membuat kita talk more and listen less, singkatnya cuma mau ngomong dan didengerin doang, tanpa mau balik mendengarkan. Sebel banget kan?!

Gua yakin, semua dari kita pernah ngerasain hal yang sama. Tapi secara tidak sadar, bisa jadi kita juga berada di posisi yang sedang kita bicarakan, yaitu gak mau mendengarkan.

Nah, jadi sebenernya kita ini udah jadi pendengar yang baik belum sih?

Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu paham dulu bahwa mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda loh.

Mendengar atau hearing merupakan proses suara atau bunyi yang masuk ke gendang telinga. Cuma masuk ke telinga doang, tapi ngga sampai ke otak. Sederhananya, hearing itu ucapan kita cuma masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, dan sama sekali tidak memberikan arti. Sedangkan mendengarkan atau listenting yaitu ketika kita betul-betul memahami dan memperhatikan apa yang tengah disampaikan lawan bicara kita.

Gimana? Selama ini kita sudah listening atau cuma hearing nih?

Yuk mulai sekarang jangan mendengar doang, tapi kita juga harus belajar mendengarkan. Karena semakin tinggi jabatan atau peran seseorang di hidup kita, maka semakin dibutuhkan pula kemampuan mendengarkannya. Terlebih untuk romantic relationship atau family, mereka sama-sama memerlukan perasaan untuk bisa dimengerti dan didengarkan.

Mungkin ada yang berpendapat "Dih, mendengarkan doang mah gampang! Semua orang juga bisa kali!".

Eits, siapa bilang? Nggak gitu juga konsepnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun