Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Energi Nuklir dan Manfaat terhadap Kesehatan Masyarakat dalam Pemenuhan Energi Listrik [KPK Open Submissions]

11 Oktober 2021   12:00 Diperbarui: 12 Oktober 2021   17:45 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Angka kematian akibat pembangkitan energi listrik dalam satuan per TWh/Sumber: ourworlddata

Artikel ditulis pada 7 Agustus 2021 oleh warga IKM FKUI dan merupakan bagian dari program KPK Open Submissions.

Energi listrik adalah bentuk energi yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia membutuhkan produksi energi listrik dalam jumlah sangat besar untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Dari bulan Januari hingga Juli 2020, konsumsi listrik Indonesia mencapai 138,6 terawatt per hour (TWh).

1 Kebutuhan energi yang besar mengharuskan pemerintah dan penyedia listrik memproduksi listrik dalam jumlah besar dengan harga terjangkau untuk masyarakat dengan pasokan yang stabil. Saat ini, pemerintah masih mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utama karena mampu memproduksi energi dalam jumlah besar dan menyuplai listrik secara stabil.

Kendati demikian, penggunaan batu bara sebagai sumber energi sudah menjadi masalah serius bagi kesehatan masyarakat. 

Dampak batu bara terhadap kesehatan datang dari hasil pembakaran di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan aktivitas pertambangan batu bara. 

Limbah pembakaran batu bara sebagian besar terbentuk dari abu halus yang mengandung logam berat, zat radioaktif, dan gas sisa hasil pembakaran batu bara.

2 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa batu bara jenis lignite yang merupakan batu bara paling lunak diperkirakan menyebabkan 33 kematian, 298 penyakit serius, dan 17,676 penyakit ringan per TWh dan bertanggung jawab terhadap 210,000 kematian, 2 juta penyakit serius, dan 151 juta penyakit ringan di seluruh dunia. Partikel halus PM2.5 yang dihasilkan dari batu bara diperkirakan meningkatkan risiko timbulnya gangguan pernapasan, kardiovaskular, dan serebrovaskular (pembuluh darah otak). Selain itu, PLTU juga melepaskan nitrogen oksida dan sulfur dioksida yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan.

3 Dampak serupa di atas juga timbul pada pekerja yang bekerja untuk menambang batu bara, yaitu ditemukan adanya peningkatan gangguan kardiovaskular, serebrovaskular, dan sistem reproduksi.4

Dari dampak yang ditimbulkan di atas, jelas bahwa Indonesia membutuhkan sumber energi alternatif yang memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih kecil dibandingkan batu bara. 

Namun, pada saat yang sama, energi alternatif tersebut dapat memenuhi kebutuhan listrik dalam jumlah besar tanpa adanya interupsi. Untuk memenuhi kedua aspek tersebut, energi nuklir melalui pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dapat menjadi solusi. 

Ketika memproduksi listrik, PLTN sama sekali tidak mengeluarkan asap, CO2, dan zat beracun lainnya sehingga PLTN memiliki dampak negatif terhadap kesehatan yang jauh lebih kecil dibandingkan PLTU batu bara. PLTN memiliki jumlah kematian per TWh sebesar 0.07, jauh lebih kecil dibandingkan dengan PLTU yang memiliki angka kematian sebesar 24.62 per TWh dan 32.72 per TWh untuk PLTU yang menggunakan brown coal (Gambar 1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun