Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Afghanistan: Politik, Ekonomi, dan Kesehatan

18 September 2021   00:15 Diperbarui: 18 September 2021   00:29 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jatuhnya pemerintahan Afghanistan ke tangan Taliban

Pada pertengahan Agustus lalu, media massa internasional dibanjiri oleh foto dan video yang menunjukkan penuhnya lapangan udara di Kota Kabul, Ibu Kota Afghanistan. Masyarakat Afghanistan, baik pihak pemerintah maupun warga sipil, berupaya untuk "lari" dari negara mereka. 

Penyebab utama hal ini adalah runtuhnya pemerintahan Afghanistan yang ditandai oleh jatuhnya kekuasaan Ibukota dan sebagian besar teritori Afghanistan ke tangan kelompok Taliban serta "kaburnya" Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, dari istana kepresidenan. 

Sebenarnya, upaya-upaya masyarakat Afghanistan untuk mengungsi dari negara mereka telah dilakukan sejak lama. Sudah 42 tahun negara ini berada dalam konflik dan ketidakstabilan politik. 

Sejarah Ketidakstabilan Politik Afghanistan

Pada Desember 1979, kekuatan militer Soviet masuk ke Afghanistan, mengambil alih pemerintahan, dan menjadikan Afghanistan sebagai Negara pro-Soviet. Kelompok yang menentang Soviet, kelompok Mujahidin, melakukan perlawanan terhadap tentara Soviet. Konflik yang pecah pada 1980 menyebabkan satu juta penduduk sipil Afghanistan tewas. Konflik ini juga menyebabkan ribuan warga sipil Afghanistan mengungsi ke negara-negara tetangganya, seperti Pakistan dan Iran. 

Kelompok Mujahidin sebenarnya didanai oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi untuk mengusir Soviet dari Afghanistan. Bahkan pada 1983, Presiden Amerika ke-40, Ronald Reagan, mengundang pemimpin Mujahidin pada saat itu, Yunus Khalis, ke Gedung Putih. Ronald Reagan menyebut kelompok Mujahidin sebagai "freedom fighter" atau orang-orang yang berjuang mengambil kemerdekaan mereka dari tangan Soviet. 

Setelah konflik yang panjang, banyaknya warga sipil Afghanistan yang tewas dan dibanjirinya negara-negara tetangga oleh pengungsi, ditandatanganilah Perjanjian Damai Genewa oleh Afghanistan, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Pakistan pada 1988. 

Perjanjian tersebut menghasilkan keluarnya campur tangan Soviet dari pemerintahan Afghanistan. Pada 15 Februari 1989, sudah tidak ada lagi tentara Soviet di Afghanistan. Akan tetapi, dengan keluarnya campur tangan Soviet dari pemerintahan Afghanistan, terjadi perebutan kekuasaan antara petinggi-petinggi Mujahidin. Perang sipil pecah di bawah kepemimpinan Mujahidin. 

Pada 1994, muncul subkelompok dari Mujahidin, yaitu kelompok yang kemudian dikenal dengan Taliban. Kelompok Taliban ini berasal dari pelajar-pelajar konservatif ekstrem di Pakistan dan Afghanistan. 

Taliban mengambil alih Kota Kandahar di Selatan Afghanistan. Pada 1997, Taliban memegang kekuasaan terhadap sebagian besar Afghanistan. Mereka menerapkan aturan-aturan yang ketat dan keras, mulai dari larangan bagi perempuan untuk bersekolah dan bekerja hingga hukuman-hukuman yang berat, seperti eksekusi mati bagi yang menentang Taliban. Oleh karena itu, PBB akhirnya menetapkan Taliban sebagai rezim teroris. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun