Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Meriahnya Pepes Asap Jakarta: Sebuah Ulasan

15 Agustus 2019   16:50 Diperbarui: 15 Agustus 2019   19:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bangun tidur. Mandi dan bersiap. Lalu, berangkat.

Sarapan? Gampang, perut masih bisa tahan.

Yang terpenting, cepat-cepat sampai ke tempat tujuan.


1565870262813-5d554a07097f360541263ff2.jpg
1565870262813-5d554a07097f360541263ff2.jpg

Rutinitas seperti itulah yang setiap hari dijalankan oleh sebagian besar dari 7,5 juta jiwa penduduk usia produktif di ibu kota kita, Jakarta1. Seakan tidak cukup ramai, para pekerja yang berasal dari kota satelit sekitar Jakarta pun tak mau kalah mencari nafkah ke pusat kota. Tidak dapat dipungkiri lagi, Jakarta merupakan kota besar yang ramai dan benar-benar sibuk.

Kurang lebih, seperti itulah gambaran nasib para pekerja Jakarta. Bagaimana dengan mahasiswa? Kami yang tinggal dan menempuh pendidikan di Depok cukup beruntung karena tidak banyak terpapar oleh kegilaan jalanan pada saat rush hour. Akan tetapi, tentu berbeda ceritanya bila kami harus menghadiri kelas pagi di Salemba. Naik mobil atau naik kereta? Sepertinya tidak tersedia cukup banyak pilihan transportasi yang nyaman dan menjanjikan.

Rush hour merupakan waktu paling sibuk di jalanan Jakarta yang mengiringi jam masuk dan jam pulang para pegawai di berbagai instansi. Arus pekerja yang masif di pagi dan sore hari ini berimplikasi pada penumpukan kendaraan di ruas-ruas jalan Jakarta. Bus, taksi, kendaraan pribadi, motor, dan kendaraan berbahan bakar minyak lainnya menghiasi kemacetan yang sudah menjadi ciri khas ibu kota ini. Emosi, panas, klakson, asap, dan bau. Lantas, sampai kapan keadaan seperti ini mau terus dibudayakan?


Kemacetan, kualitas dan kelengkapan sarana dan prasarana, serta polusi udara merupakan pekerjaan rumah yang awet bagi Pemerintahan Daerah DKI Jakarta (Pemda DKI). Pemda DKI Jakarta telah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan sebagai upaya untuk mengurai permasalahan tersebut. Ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Bang Yos memberlakukan ketentuan three in one untuk kendaraan pribadi yang melintas di beberapa jalan protokol Jakarta pada hari kerja. Sayangnya, masih ada celah bagi joki three in one untuk melakukan tindakan curang terhadap kebijakan tersebut. 

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 30 Agustus 20162, Ahok mengganti kebijakan three in one dengan kebijakan ganjil-genap di ruas-ruas jalan yang sama. Meskipun awalnya dirasa memberatkan, kebijakan ganjil-genap ini dijalankan bersamaan dengan pembangunan Moda Raya Terpadu Jakarta, yang akhirnya diresmikan pada tanggal 24 Maret 2019. MRT diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dari pemberlakuan kebijakan ganjil-genap di Jakarta untuk mengurai kemacetan dan untuk menekan angka kendaraan di jalan. Apakah pemberlakuan ganjil-genap dapat menyelesaikan kemacetan Jakarta? Apakah Jakarta akan mendapat lebih banyak oksigen? Apakah para pekerja dapat terjamin keselamatannya sampai ke tempat kerja tanpa kesulitan yang berarti? Apakah solusi tersebut menyelesaikan masalah dan bukannya menyisakan masalah baru?

Hingga saat ini, Pemda DKI mengklaim bahwa kebijakan ganjil-genap efektif menekan angka kemacetan di Jakarta. Puncaknya, pemberlakuan kebijakan ganjil-genap akan diperluas sampai ke 21 ruas jalan, termasuk Jalan Pramuka dan Jalan Salemba Raya.3 Sebelum berdiskusi lebih jauh, mari kita ulas sedikit mengenai kedua jalan ini, terutama Jalan Salemba Raya.

Lalu, apa yang identik dengan Salemba? Bagi kami, mahasiswa, Salemba identik dengan kampus kami. Tak jauh dari FKUI, banyak bajaj biru berjejer mengantri di depan Stasiun Cikini. Di sekitar mereka, ojek-ojek daring memarkirkan motor mereka di depan sebuah universitas swasta. Sebagai mahasiswa, kami bisa memilih moda transportasi apapun untuk bisa sampai ke kampus kebanggaan kami tersebut.

Akan tetapi, lebih dari itu, apa arti Salemba Raya bagi masyarakat bangsa ini? Salemba merupakan sebuah jalan yang dipenuhi oleh rumah-rumah sakit. Sebuah pusat kesehatan yang dengan gagahnya berdiri di pusat kota. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Rujukan paling akhir yang dapat memberikan harapan bagi pasien-pasien dengan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan khusus.4 Pemberlakuan kebijakan ganjil-genap di kawasan ini dianggap dapat menyulitkan pasien untuk mengakses kesehatan ke RSCM. Meskipun ambulans telah tersedia, pemerintah perlu untuk memastikan bahwa ambulans tersebut dapat memfasilitasi tiap pasien yang ingin berobat ke RSCM. Jangan sampai usaha rakyat yang tengah mencari pelayanan kesehatan terbaik malah terhalangi oleh kebijakan kurang matang pertimbangannya.

Bagaimana dengan ruas jalan lain selain Salemba Raya? Pemberlakuan kebijakan ganjil-genap di 20 ruas jalan lainnya tentu bukanlah angka yang sedikit. Kebijakan ini diajukan guna menekan angka angkutan pribadi di jalan raya serta untuk menyemarakkan penggunaan transportasi massal bagi penduduk. Pertanyaannya adalah, mengapa penduduk mesti beralih dari kendaraan pribadi yang ke transportasi massal? Apakah transportasi massal dapat menyediakan kenyamanan yang sepadan dengan kendaraan pribadi mereka? Pada saat rush hour, terutama, angkutan massal pasti penuh sesak dan sangat tidak nyaman untuk mereka yang ingin pulang kembali ke rumah. Mereka yang bisa pulang dengan kendaraan pribadi tentu akan pulang dengan kendaraan itu. Akan tetapi, mereka yang tidak punya pilihan lain mau tidak mau toh akan menggunakan transportasi massal. 

Selain MRT, Jakarta juga kini dilengkapi dengan LRT. KRL pun sudah mengalami banyak perbaikan apabila kita bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Metromini hamper tidak bisa kita temukan lagi di muka ibu kota ini. Sebagai gantinya, pemerintah menyediakan angkutan Transjakarta terpadu yang diintegrasikan dengan Mikrotrans, Minitrans, serta Bus Pengumpan Transjakarta. Meski pun begitu, banyaknya pengadaan transportasi massal ini tidak bisa menjanjikan compliance yang baik dari penduduk Jakarta. Solusi ini hanya bisa bertahan lama dan sukses apabila pemerintah terus-menerus melakukan perawatan dan peningkatan pelayanan transportasi massal yang sudah dengan susah payah diadakan. Kalau penduduk Jakarta yang jumlahnya luar biasa banyak ini menganggap transportasi umum tidak cukup baik untuk mereka naiki, ya gampang, mereka akan naik kendaraan pribadi saja. Seperti biasa.


Pengubahan pola pikir ini serta pemasyarakatan penggunaan transportasi massal merupakan tantangan yang perlu dijawab oleh pemerintah kita. Jawaban yang dibutuhkan bukanlah jawaban yang sekedar indah didengar telinga, melainkan jawaban yang menyajikan solusi yang tepat dan logis untuk permasalahan ini. Sampai jawaban sempurna tersebut ditemukan, ada baiknya kita sebagai masyarakat umum memulai dari diri kita sendiri untuk menomorakhirkan penggunaan kendaraan pribadi sehari-hari. Setidaknya ingatlah hal kecil ini: kamu mungkin bisa lupa keramahan oksigen di Jakarta, tapi jangan mengelak ketika saya katakan bahwa kamu dan semua penduduk Jakarta sangat rindu segarnya oksigen ibu kota.

Referensi:

  1. Jayani DH. Jumlah penduduk Jakarta didominasi usia produktif pada 2019 [Internet]. Jakarta: KATADATA Indonesia; 2019 Aug 08 [cited on 2019 Sep 13]. Available from: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/08/08/jumlah-penduduk-jakarta-didominasi-usia-produktif-pada-2019 

  2. Pratama AM. Selasa 30 Agustus, ganjil genap resmi berlaku di Jakarta [Internet]. Jakarta: Kompas.com; 2016 Aug 29 [cited on 2019 Aug 15]. Available from: https://megapolitan.kompas.com/read/2016/08/29/20143471/selasa.30.agustus.ganjil.genap.resmi.berlaku.di.jakarta

  3. Sari N. Ingat, uji coba perluasan ganjil genap di 16 ruas jalan dimulai hari ini [Internet]. Jakarta: Kompas.com; 2019 Aug 12 [cited on 2019 Aug 15]. Available from: https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/12/05500321/ingat-uji-coba-perluasan-ganjil-genap-di-16-ruas-jalan-dimulai-hari-ini?page=all

  4. Rujukan nasional [Internet]. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; unknown [cited on 2019 Aug 15]. Available from: https://rscm.co.id/index.php?XP_weblistkontenkategori_menu=0&kat_id=8&title=Rujukan%20Nasional

  5. Sari N. Anies: Hari ini hanya 23 persen warga DKI Jakarta yang gunakan transportasi umum. Jakarta: Kompas.com; 2019 Jul 30 [cited on 2019 Aug 15]. Available from: https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/30/16513811/anies-hari-ini-hanya-23-persen-warga-dki-jakarta-yang-gunakan

  6. N EV. Sabtu pagi, polusi udara Jakarta terburuk di dunia [Internet]. Jakarta: CNN Indonesia; 2019 Aug 10 [cited on 2019 Aug 15]. Available from: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190810092804-199-420056/sabtu-pagi-polusi-udara-jakarta-terburuk-di-dunia


- Calysta Salma Nabilla

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun