Mohon tunggu...
Ken Terate
Ken Terate Mohon Tunggu... Administrasi - Penenun Kata

Ken Terate adalah pekerja teks komersial. Ia tinggal di Yogyakarta. Kebahagiaannya tersangkut pada keluarga kecilnya, secangkir teh, buku, drama, dan obrolan ringan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bertahan Bersama dalam Badai Pandemi

19 Januari 2021   18:27 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:33 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Sudah bertahun-tahun saya nggak nulis di sini. Nengok pun nggak. Saya sampai lupa saya punya akun Kompasiana. Awalnya saya absen gara-gara akun susah dibuka. Mungkin karena sinyal di tempat tinggal saya muncul suka-suka, menghilang seenaknya. Lama kelamaan, saya makin jarang ngeblog karena kesibukan ngurus dua anak, kerja cari cuan, lalu... rebahan dan nonton Netflix.

Nah, tadi malam, entah kesampet apa, saya dapat wangsit buat buka kembali akun lama yang pastinya udah jamuran ini. Well, ternyata saya kangen ngeblog.

Ya udah, kita mulai aja ngomongin hal-hal nggak penting. Saya bisanya begitu. Kompas Minggu 17 Januari 2021 mengangkat tema yang relevan banget dengan kondisi saat ini: ketahanan pasangan suami istri dalam menghadapi badai pandemi. Artikel halaman depan mengutip penggalan judul tulisan BBC News "Covid Ended Our Marriage." Kompas selanjutnya memaparkan kisah-kisah pasangan untuk bertahan menghadapi pandemi.

Saya yakin hampir semua pasangan mengalami guncangan gara-gara pandemi. Sebagian beradaptasi cukup cepat dan langsung bisa menguasai perahu di tengah badai. Lebih dari sekadar bertahan, mereka bahkan dapat membangun hidup yang lebih berkualitas.  Sementara yang lain, setelah terhantam berbulan-bulan, akhirnya terdampar.  

Artikel itu membuat saya merenungkan hubungan saya dan suami. Nggak bohong lah, pandemi ini membuat saya merasakan banyak emosi negatif; sedih, cemas, takut, bosan. Suami juga pasti begitu. Namun apakah kami jadi sering naik darah dan cekcok? Anehnya nggak. Rasanya saya belum pernah cekcok besar selama pandemi. Berselisih kecil? pernah, tapi nggak jadi drama. Pernikahan empat belas tahun ditambah masa pacaran enam tahun membuat kami sudah saling memahami.

Perubahan paling menyolok dan bikin kaget adalah: suami banyak kerja di rumah, sementara saya juga nggak ke mana-mana. Kami bersama dua anak berusia 9 dan 5 tahun --seperti jutaan keluarga lainnya-- mendadak terkurung.  Ini sungguh tantangan yang nggak enteng. Di sinilah, pandemi menunjukkan kejutannya.

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya suami ketika saya mendadak beli-beli bunga dan tanam-tanam sayur. Wajar ia bertanya. Konon, ketertarikan tiba-tiba pada tanaman menandakan adanya stress. Haha, ya siapalah yang nggak stress kala pandemi? Levelnya aja yang beda, ya kan?

Dulu tanam-menanam itu jadi urusan (dan hobi) suami sepenuhnya. Saya hanya ikut panen dan ngurusi pascapanen (alias jualan kalau ada yang dijual ha ha). Kini saya beli petunia, mawar, dan soka. Juga menanam kerokot, tomat, paprika. Nggak pakai persiapan apa-apa. Pokoknya bat bet aja tanpa mikir panjang. 

Sebagian bunga-bunga itu saya taruh dapur dan, wow, menghibur sekali saat saya pandangi sembari memasak. Hm, ternyata itu tujuan saya... biar ada yang cantik di rumah. Lucunya sejak dulu sebenarnya suami memasang semacam para-para untuk menggantung tanaman di dapur. Sejak dipasang beberapa tahun lalu belum pernah para-para itu dikasih digantungi apa pun.  Kayaknya memang kudu ada pandemi dulu baru para-para itu berfungsi.

Kini tiap pagi saya punya kesibukan baru. Saya memeriksa kebun untuk mengecek apakah mint saya baik-baik aja. Apakah biji terung yang saya sebar beberapa hari lalu sudah tumbuh, dan seterusnya. 

Kejutan lagi, ternyata bisa juga saya bertanam haha. Selama ini tanpa alasan saya menganggap diri saya nggak becus ngurusin tanaman. Gimana nggak, saya nanam mint berkali-kali nggak pernah tumbuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun