Mohon tunggu...
Kenar AbhinayaJanitra
Kenar AbhinayaJanitra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi ISI Surakarta

hanya ber senang senang

Selanjutnya

Tutup

Seni

Wayang Orang Sriwedari "Srikandhi Gugur"

20 Januari 2023   22:43 Diperbarui: 20 Januari 2023   22:46 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wayang Orang Sriwedari, Riwayatmu Kini                                                        

Gedung Wayang Orang Sriwedari  terletak di tengah kota Solo yang beralamatkan di Jl. Kebangkitan Nasional, Sriwedari. Bangunan ini didirikan pada 10 Juli tahun 1911 oleh kelompok budaya komersial pertama dalam bidang seni wayang orang. Namun penyelenggaraan pertunjukan wayang orang secara komersial baru saja dimulai pada tahun 1922 dengan maksud mengumpulkan dana bagi kongres kebudayaan.

Awalnya Wayang Orang Sriwedari diadakan di komplek candi Mangkunegaran. Namun pada tahun 1896, krisis ekonomi terjadi setelah kematian Mangkunegaran V yang meninggal karena sakit parah. Akibatnya banyak dalang yang diberhentikan, namun pertunjukan tetap dilakukan keliling dari desa ke desa.

Kini Sriwedari Wayang Orang kembali aktif dalam pementasan dengan jadwal main setiap hari Senin - Sabtu pukul 19.30 -- 23.00 dengan tiket masuk Rp. 10.000 per orang. Dengan tema yang berbeda setiap harinya, agar masyarakat tidak mudah bosan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi kalangan muda yang ingin tahu dan mempelajari sejarah wayang. Bangunan wayang jingga mampu menampung 500 penonton, dan sekarang sudah ditingkatkan kapasitasnya menjadi 1000 penonton.

Sabtu, 14 Januari 2023 digelar Wayang Orang dengan judul Srikandhi Gugur. Menceritakan tentang Aswatama yang ingin maju di medan perang menghadapi pasukan pandawa namun sang ayah Resi Durna mencegahnya. Resi Durna meminta untuk putranya meninggalkan medan perang, Resi Durna menjadi senopati Kurawa menghadapi Prabu Drupada yang menjadi senopati Pandawa. Karena tidak terima atas ucapan ayahnya, terjadilah pertempuran antar keduanya dan dimenangkan oleh Resi Durna. Dewi Drupadi, Srikandhi, dan Dwasta Jumpena menangisi kematian ayahnya Prabu Drupada, Srikandhi murka segera mencari Resi Durna memerintahkan Dwasta Jumpena membantu kakaknya Srikandhi. Dwasta Jumpena yang sedang berjaga -- jaga kedatangan Kartamama dan Aswatama yang ingin membalas dendam atas kematian Resi Durna. Terjadilah peperangan diantara mereka, Dwasta Jumpena tewas ditangan aswatama.

Ramai pengunjung yang menonton pementasan tersebut dan terlihat mereka semua sangat atusias. Mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang tua duduk dengan tenang menyaksikan pertunjukan yang sedang dimulai tersebut. Besar harapan para pegiat wayang orang sriwedari semoga dengan adanya pertunjukan yang rutin diadakan ini menambah minat para warga kota solo maupun warga kota lain yang mengunjungi kota solo untuk tidak melupakan sejarah kesenian wayang orang ini terutama para anak muda yang akan meneruskan generasi.

Penulis : Kenar Abhinaya Janitra
e-mail : kenarjanitra@gmail.com
Jurusan Film dan Televisi ISI Surakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun