Mohon tunggu...
ken andarini
ken andarini Mohon Tunggu... -

lahir di Jakarta, pada bulan April yang cerah, pernah mempelajari disiplin ilmu tentang manusia. Saat ini sangat berminat pada warna warni kehidupan sekitar, pemerhati hasil olah pikir dan rasa kerabat, kerabat dan kerabatss.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Bang Ojek... Cepat yaa, Telat Nih!

23 Agustus 2014   18:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:46 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Pagi ini saya bangun dengan terkaget-kaget.  Bagaimana tidak..jam dinding kamar saya passs  nunjukin angka 06.00. alias jam 6 pagi, alias terlambat alias KESIANGAN..!! Kesiangan dengan huruf besar dan di bold pula!!!.. Begitulah dengan sepak terjang yang gegap gempita, plus ngomel-ngomel sendiri, selesai ritual persiapan dan yuppp ready to go.

Akibat kesiangan saya putuskan tidak minta diantar si Yayang. karena Yayang  harus mengantar 2 boss kecil ke sekolah masing-masing. Dan keputusan memilih alat transportasi yang paling handal, apa lagi kalau bukan  menggunakan OJEK.  Ojek Motor ya..bukan ojek sepeda. Dalam keadaan seperti ini Ojek adalah pilihan nomor 1. Nomor wahid. Tiada tandingan pula.

Di setiap lampu merah yang saya lewati, begitu stop..langsung mata saya jeli melakukan quick count. Dan hasil quick count itu bisa direcheck kevalidannya. Di atas 50% penggguna transportasi motor yang saya hitung adalah ojek!! Kok bisa tahu ojek atau bukan ? Gampang.. kalau pengendara motornya pakai jaket lusuh sementara boncengersnya (istilah saya untuk para pembonceng) adalah wanita dengan busana kantoran, itu pasti ojek. Kalau pengendaranya pakai jaket khusus seperti rompi ..aah itu juga ojek. Naaa..kalau tidak begitu jelas pakaian pengendaranya  tertutup jaket yang masih "bagus"..tapi boncengers-nya adalah wanita yang duduk dan hanya memegang pinggiran motor dan bukan melingkarkan tangan ke pinggang pengendaranya...itu juga boleh dipastikan 70% deeh.. ojek juga.(30% sisanya barangkali adek ketemu gede yg lagi pedekate)

Ojek memang favorit saya, terutama di saat-saat kritis. Para Ojekers (Abang tukang ojek maksudnya..eh sekarang ada juga Ibu Tukang Ojek lho) bisa di pesan...'Pak, yok cepetan ya...saya telat banget niih!" dan Pak Ojek akan melaju dengan CEPAT TAPI SELAMAT.Meliuk-liuk diantara mobil, motor bahkan bus kota. Wuihh...saking cekatannya para ojekers   itu mengemudikan motor,  bagaimana caramenembus 'rimba kemacetan' lalu lintas maka hanya Tuhan dan para tukang ojeklah yang tahu.

Salah seorang pakde saya yang kebetulan seorang dokter spesialis lebih seru lagi pengalamannya. Beliau itu dokter spesialis yang praktek di berbagai RS dan klinik. sudah begitu sering jadi pembicara di berbagai seminar dan radio. So..Pakde dokter ini sering tidak punya waktu banyak untuk melompat-lompat dari tempat praktek satu ke tempat praktek lainnya, atau dari tempat praktek ke suatu seminar atau ke studio radio. Mefffetttt katanya, hitungannya menit. Jadi taktiknya adalah mencari Ojek yang saat ini buannyaakkk banget pos nya  dan langsunggg melaju ke tempat tujuan. Berhasilll, tepat sasaran, tepat waktu. Dan supirnya tinggal menjemput dengan mobil ke tujuan paling akhir Pakde dokter. wuiihh..katanya Pakde Dokter : Orang pinter pilih naik Ojek !! (mirip iklan sebuah produk jamu ya, orang pinter minum blablabla)

Salah seorang teman kerja saya yang setiap harinya berbusana kantor resmi dengan rok feminin pun akhir-akhir ini memutuskan menggunakan jasa ojek, ketimbang duduk manis di kursi belakang taksi dan sambil ngomel-ngomel karena tetap terjebak kemacetan. membawa pasmina atau syal lebar sebagai penutup  kaki mulusnya saat membonceng menjadi trik jitu menghindar dari pandangan akal para lelaki.

Ojek memang solusi bagi sebagian masyarakat. Seperti sebuah hubungan,keterkaitan yang saling menguntungkan. Bagi sebagian besar masyarakat di kota besar seperti Jakarta ojek adalah dewa penolong. Untuk saya yang punya jam kerja pagi sekali, untuk para ibu rumah tangga yang butuh pergi ke pasar, arisan, anak-anak sekolah pun menjadi langganan.

Dan di lain sisi, ojek adalah solusi pekerjaan di sektor informal. Semakin banyaknya  dan semakin mudahnyami onlinea pos ojek ditemui di berbagai sudut kota  menunjukkan bahwa menjadi ojekers adalah pilihan untuk menopang ekonomi rumah tangga, terutama bagi kalangan masyarakat bawah. Dan ternyata ini menjadi peluang bagi entrepreneur. Tidak sedikit entrepreneurs itu mengelola dengan lebih profesisional bisnis per-ojekan ini. Coba intip aktifitas mereka di dunia maya lewat situs yang mereka buat, misalnya www.go-jek.com atau ojek resmi online 24 jam di Samarinda atau transjek yang menerapkan argometer dalam mekanisme pembayarannya. Boleh disimak bahwa pengelolaan bisnis ojek secara lebih profesional ini juga secara paralel meningkatkan kenyamanan dan keamanan para pengguna.

Last but not least..ojek is still my first public transportation choice. Boleh yang konvensional di ujung gang..or yang modern by sms or yahoo messenger..hayuukk ajah, Tarik Bang,,,cepetan ya, saya telat nih!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun