Mohon tunggu...
Maulida Husnia Z.
Maulida Husnia Z. Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Belajar menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Empat Hadiah Bermakna dari Ibu

2 Januari 2018   18:13 Diperbarui: 2 Januari 2018   18:22 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibuku adalah pesulap.

"Buk, tau kaos kakiku nggak?"

"Coba cari dibawah meja, nduk"

"Aduh mau telat buk. Nggak ada dibawah mejaa"

"Ada. Cari dulu.."

"Nggak ada bukk"

"Dicari dulu yang bener nduk.. La ini apa?"

"Loh tadi lo nggak ada buk sumpahh. Hehe makasih buk"


Ibuku bisa telepati

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam, kok jam segini baru pulang? Darimana?"

"Itu buk.. dari rumah temen"

"Temenmu yang mana? Siapa namanya? Rumahnya dimana?"

"Itu buk si A, temenku pas MAN, rumahnya di B"

"Kamu dolan kemana aja tadi?"

"Loh siapa yang bilang dolan.. Nggak kemana-mana kok buk"

"Hayo jujur"

"... Habis dari pantai buk. Aku nggak bilang soalnya nanti pasti bakal nggak diizinin hehe"

"Kamu ya sudah dibilangin ibuk nggak boleh main ke pantai, blablablabla"


Ibu adalah anugerah paling berharga untuk anak-anaknya. Beliau, malaikat yang mendampingi kita dari bayi hingga sekarang. Jika segala pengorbanan, perjuangan, serta pemberian yang diberikan ibuk pada saya dari dulu sampai sekarang dituangkan dalam bentuk list tulisan, niscaya pena yang tintanya dari air laut pun tak akan pernah cukup. Darahnya lah yang ada dalam diri saya. Saya hidup dari setiap hembusan napasnya.

Dari segala bentuk hadiah ibuk selama ini hingga saya dewasa, ada 4 yang menjadi favorit saya. Meski tak mahal namun penuh makna dan kenangan, itulah yang menjadi alasannya kenapa barang-barang itu masih saya simpan sampai sekarang.

***

Payung hijau

Payung kecil hadiah dari ibu (Dokpri)
Payung kecil hadiah dari ibu (Dokpri)
Eits, jangan salah baca jadi payung teduh lo ya. Nanti disangka saya kebelet akad lagi hehe. Sedikit bercerita, waktu itu di daerah saya belum ada playgroup dan sejenisnya, maka dari itu saya langsung dimasukkan dalam TK pada usia 5 tahun. Anak kecil yang biasanya cuma bermain disekitar rumah, tiba-tiba dihadapkan dalam lingkungan baru tentunya butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Selama setahun penuh ketika nol kecil, ibuk selalu menunggui saya di sekolah. Dari pagi sampai pulang ibuk selalu ada didepan kelas.

Saat kecil saya sering sakit, dan badan saya pun tergolong mungil dibanding yang lain. Saya ingat ada satu anak yang suka jahil. Ketika saya dicubiti, saya langsung lapor ke Ibuk. Dan ibuk selalu menasehati temanku itu haha. Senang rasanya punya pahlawan.

Menginjak nol besar, seharusnya sudah waktunya saya untuk mandiri. Ibuk sebenarnya juga harus mengurus rumah selagi bapak bekerja. Tapi ya namanya anak kecil, waktu itu saya menolak kalau harus ditinggal ibuk pulang. Ibuk akhirnya berinisiatif untuk membujuk saya menggunakan hadiah. Saat itu ibuk masih membuka toko dirumah. 

Ada satu barang dagangan yang aku suka, yaitu payung. Payungnya khusus untuk anak kecil, jadi ukurannya mini. Ada banyak warna dan bermacam gambar. Senang sekali saat ibuk berkata ingin memberikan salah satu pada saya. Tapi ternyata ada syaratnya, selama seminggu saya harus mau untuk tidak ditunggui lagi ketika sekolah. Karena iming-iming hadiah, dengan berat hati akhirnya saya pun mau.

Seminggu menghabiskan jam istirahat tanpa ibuk ternyata tidak buruk. Ibuk memberi saya uang saku yang cukup dan bekal makanan, tidak ada yang kurang jadi tidak perlu khawatir. Saat itu saya benar-benar belajar mandiri tanpa ibuk. Banyak hal yang saya lakukan sendiri, dan ternyata saya bisa. Saya pun semakin berani sejak saat itu. Teman saya juga bertambah banyak. Saya senang karena ibuk selalu tau bagaimana cara mendidik tanpa paksaan dan kekangan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun