Kala itu aku mendusin
Dari sudut jendela tampak zahrah yang masih malu
Kulihat arloji disampingku
Oh, ternyata 01.37
Visibelku mengedari seisi ruangan
Di tembok nan putih itu tertempel banyak prayitna
Ada satu yang paling memanjang
Judulnya tertulis, resolusiku
Ku baca poin pertama
Curhatlah pada yang Maha Membolak-balikkan hati, begitu katanya
Spontan aku mafhum
Pasti Dia sedang merindu
Sedangkan aku, hanya tunak menyapukan jemari diatas nikmat duniawi
Acuh pada-Nya
Benar saja, aku adalah angkuh
Peka, itulah yang Ia mau
Seharusnya memang begitu
Seketika selembar rajutan benang merah kugelar
Disitu tergambar motif rumah ibadah tempatku bercurahÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!