Pada 11 Juli 2025, bertempat di Maritim Center kawasan Marina Wakatobi, kerja volunter itu dimulai. Dengan keterbatasan sumber daya, tetapi dengan semangat yang kuat untuk melestarikan semesta, ia bersama puluhan warga dan relawan melakukan Deklarasi Atoll Day. Hari atol adalah kegiatan kampanye atol, dilaksanakan pada peringatan hari ulang tahun penetapan Wakatobi sebagai Cagar Biosfer oleh UNESCO, tepatnya tanggal 11-12 Juli 2021. Kampanye ini bertujuan mempromosikan perlindungan ekologi atol-atol Wakatobi dan penghormatan atas kebudayaan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya atol penuh kearifan. Ketika kampanye, ia tidak hadir sendiri, ia ditemani Relawan Atol yang ia bentuk. Hadir pula komunitas lintas profesi, unsur Pemda Provinsi Sulawesi Tenggara, Pemda Kabupaten Wakatobi, Balai Taman Nasional Wakatobi, pemuda-pelajar, komunitas, pegiat media sosial dan pariwisata, serta masyarakat umum.
Inti pelaksanaan Atoll Day adalah pembacaan deklarasi dan kampanye atol. Deklarasi dibacakan dalam beberapa bahasa (Bahasa Pulo Wakatobi, Bajo Wakatobi, Ciacia Wakatobi, Indonesia, Inggris, Jepang, Prancis, Mandarin, dan Arab). Tujuannya untuk menyasar semua penutur bahasa, baik penduduk lokal maupun pendatang. Sehingga komitmen bersama yang dituangkan dalam pernyataan deklarasi untuk menjaga kelestarian atol dan laut Wakatobi menjadi tanggung jawab semua.
Adapun kampanye atol bertujuan mendukung para pemangku kepentingan melindungi ekologi atol yang bermanfaat untuk kebudayaan, perikanan, pariwisata, dan iklim global. Tidak cukup melalui deklarasi, kegiatan kampanye atol juga dilakukan melalui aksi media sosial. Bang Ale, (begitu sapaan akrabnya) nampaknya paham betul bahwa menumbuhkan semangat konservasi mesti melibatkan pengguna media sosial untuk menyasar seluruh lapisan masyarakat. Kampanye atol juga dilakukan dengan ekspedisi atol, yaitu perjalanan ekowisata ke atol untuk peningkatan kapasitas nelayan dalam monitoring ekologi dan sosial, praktik pengelolaan ekowisata atol, serta belajar kearifan pengelolaan atol pada nelayan. Kampanye atol dilengkapi dengan workshop tentang skenario teknologi pengawasan atol, serta perlindungan sosial nelayan berupa pemberian penghargaan kepada nelayan atol ramah lingkungan, jaminan sosial nelayan serta asuransi kerja.
Di penghujung acara, tangan ditengadahkan ke atas, semua bermunajat kepada Tuhan pemilik semesta. Ada kesadaran bahwa laut dengan segala potensi yang terkandung didalamnya tidak hadir begitu saja. Ia dihadirkan oleh yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan manusia. Karena itu menjaganya, ikhtiar konservasi bumi, tidak cukup dengan kerja-kerja sukarelawan. Merawat bumi butuh kehadiran sang pemilik semesta, dengan caranya sendiri. Pendekatan ini, selaras dengan gagasan ekoteologi yang diusung Menteri Agama, suatu pendekatan spiritual terhadap isu lingkungan yang meniscayakan relasi antara manusia, Tuhan, dan alam semesta.
Di sini kita dapat belajar, bahwa inspirasi gerakan pelestarian lingkungan tidak harus dengan biaya banyak, tidak harus lahir dari seorang pembesar. Setiap kita, apapun profesi dan status sosial yang kita sandang, dapat memulainya dari hal-hal sederhana secara bersama-sama atas dasar kelulusan dan keikhlasan. Seminar, symposium, konferensi adalah cara orang-orang besar dalam merumuskan kebijakan. Melakukan kampanye melalui media sosial, menyebarkan panflet, menulis cerita di akun medsos pribadi, adalah cara sederhana tetapi berefek besar terhadap pelestarian lingkungan.
Apa yang dilakukan Saleh Hanan bersama relawan adalah setitik jalan keluar dari gangguan serta ancaman bencana akibat perusakan lingkungan. Hanya dengan memelihara dan melestarikan alam, menjadikannya sebagai bagian dari manusia, lingkungan laut bisa terpelihara sehingga memberi manfaat bagi masyarakat luas. Dari Wakatobi dan dimulai dari hal sederhana dapat berefek pada pelestarian alam semesta.
Pada sosok seperti Saleh Hanan, aktivis yang terus mendedikasikan hidupnya untuk kerja-kerja kemanusiaan, kita menemukan inspirasi dan harapan bahwa semesta ini akan selalu ada selagi ada yang peduli dengannya. Kita juga sadar bahwa bangsa ini akan kuat ketika ada manusia-manusia biasa yang melakukan aksi luar biasa demi menginspirasi pelestarian lingkungan, merawat atol dengan penuh kasih, lalu menyelamatkan bumi untuk generasi mendatang. Karena kita sadar bahwa menjaga lingkungan, merawat semesta berarti menjaga impian dan masa depan. Wallahu a'lam bish-shawab
Numana, 18 Agustus 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI