Mohon tunggu...
KEMAS MUHAMMAD AKRAM ROBBANI
KEMAS MUHAMMAD AKRAM ROBBANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - profesi saya sebagai mahasiswa geografi fisip ulm

hobi saya meng ekspoler

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ringkasan tentang Buku Penginderaan Jauh Digital

17 Mei 2024   03:39 Diperbarui: 17 Mei 2024   03:42 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ringkasan Tentang Buku Penginderaan Jauh Digital

BAB 1

Masalah lingkungan yang perlu ditangani adalah lahan kritis, yang utamanya disebabkan oleh erosi air akibat tingginya curah hujan. Lahan kritis memiliki ciri-ciri seperti penutupan vegetasi kurang dari 25%, kemiringan lereng 15% atau lebih, dan gejala erosi seperti erosi permukaan, alur, dan parit. Indikasi perkembangan lahan kritis dapat dilihat dari jumlah DAS kritis yang terus meningkat. Upaya perbaikan melalui rehabilitasi lahan kritis memerlukan data akurat tentang distribusi dan jumlah lahan kritis untuk strategi yang efektif. Namun, informasi tentang luas hutan yang masih utuh masih belum pasti karena berbagai aktivitas destruktif seperti penebangan liar dan pembakaran hutan terus berlanjut. Departemen Kehutanan (sekarang Kementerian Kehutanan) pada tahun 2002 mencatat bahwa Indonesia memiliki 96,3 juta ha lahan hutan terdegradasi, akibat penebangan liar, kebakaran hutan, konversi hutan, perluasan pertanian, dan konflik sosial. Diperkirakan sebagian besar lahan terdegradasi tersebut terdapat di kawasan hutan produksi, konservasi, dan lindung.

BAB 2

Degradasi lahan adalah proses hilangnya potensi kegunaan atau fitur yang tak dapat digantikan. FAO membagi lahan kritis menjadi enam tipe, termasuk erosi oleh air, erosi oleh angin, penurunan kesuburan tanah, salinisasi, penurunan jumlah air, dan penurunan muka air. Di Indonesia, lahan kritis biasanya disebabkan oleh erosi air hujan karena tingginya curah hujan. Jenis erosi meliputi erosi alur, lempar, parit, saluran, dan total. Istilah lahan kritis masih bervariasi di Indonesia, tergantung pada departemen yang menggunakan istilah tersebut sesuai dengan tugasnya, seperti Departemen Kehutanan dan Departemen Transmigrasi.    

BAB 3


Penanganan lahan kritis menekankan penggunaan data yang ekonomis dan mudah diperoleh. Penginderaan jauh dianggap sebagai alternatif yang tepat karena relatif murah, mudah diakses, dan cepat diunduh tanpa mengorbankan akurasi dan kebaruan data. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena tanpa kontak langsung dengan mereka. Prosesnya meliputi pengumpulan dan analisis data, melibatkan sumber energi, perjalanan energi melalui atmosfer, interaksi dengan permukaan bumi, dan sensor pada pesawat terbang atau satelit. Sistem penginderaan jauh terdiri dari berbagai komponen yang berinteraksi untuk memperoleh informasi tanpa kontak langsung dengan obyek atau fenomena yang diteliti.

BAB 4

Perangkat utama untuk menangani data spasial adalah Sistem Informasi Geografis (SIG), yang dapat mengumpulkan, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi, dan menampilkan data spasial untuk tujuan tertentu. SIG memungkinkan analisis yang luas terhadap aspek topologi, atribut non-spasial, dan kombinasi data non-spasial dan spasial. SIG konvensional menggunakan peta dan tabel, namun memiliki keterbatasan dalam analisis dan pengambilan keputusan. Perkembangan teknologi komputer digital memungkinkan integrasi data spasial dan non-spasial dalam satu sistem. Subsistem SIG meliputi pengumpulan data, pembentukan data dasar, analisis, dan penerapan. Komponen pendukung SIG termasuk hardware, software, dan brainware.

 BAB 5

Dalam pemodelan erosi berbasis raster, data primer dan sekunder diperlukan. Data primer dikumpulkan langsung dari lapangan, sedangkan data sekunder berasal dari sumber yang telah mengumpulkan dan mengolah data sebelumnya. Pengumpulan data primer melibatkan penentuan sampel dan jumlahnya, serta kerja lapangan untuk mengumpulkan data penutupan/penggunaan lahan, bentuk lahan, dan sampel tanah untuk diuji di laboratorium. Metode stratified sampling digunakan untuk menentukan lokasi sampel, dengan jumlah sampel yang disesuaikan dengan luas masing-masing kelas secara proporsional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun