Mohon tunggu...
Frengky Keban
Frengky Keban Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Penulis Jalanan.... Putra Solor-NTT Tinggal Di Sumba Facebook : Frengky Keban IG. :keban_engky

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilanda Kekeringan, Warga Desa Mata Weelima Berjuang demi Dapatkan Air

17 Juli 2019   21:47 Diperbarui: 19 Juli 2019   08:58 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alami kekeringan, masyarakat Weelima rela berjalan jauh demi mendapatkan sumber air|Dokumentasi: istimewa

Dokumentasi: istimewa
Dokumentasi: istimewa
Harga Air Tangki Mencapai 700 Ribu
Kondisi yang rumit memang, namun sekali lagi inilah realitas yang terjadi di tengah euforia orang kota dengan kemewahannya dan meninggalkan cerita pilu mereka di pelosok kampung yang berbatasan langsung dengan desa Wannokaza di Sumba Barat. Bahkan kisah mereka bertambah pilu saat mengetahui realitas lain yang diungkap warga lainnya, Matius Ngongo Bili. 

Matius mengungkapkan bahwa selama ini masyarakat hanya bisa berharap pada air tangki yang dibeli. Harganya pun tidak tanggung-tanggung Rp 600.000 hingga Rp 700.000 sekali pesan. Harga yang demikian mahal itu ungkapnya tentu memberatkan bagi masyarakat namun untuk pemenuhan kebutuhan harian, masyarakat wajib untuk membelinya. Iya kondisilah yang mengharuskan mereka melakukan hal yang bagi kebanyakan kita konyol bahkan terlampau berani tersebut. 

Bayangkan jika uang sebanyak itu dipakai untuk keperluan lainnya sudah barang tentu akan lebih bermanfaat daripada hanya setangki air. Tapi bagi mereka air jauh lebih penting dan sudah dianggap vital bagi penghidupan mereka.

"Kalau uang tidak ada dan dengan kondisi yang begini sudah barang tentu air yang kami peroleh praktis hanya digunakan untuk keperluan cuci dan masak. Sedang untuk mandi kami lebih banyak tahan-tahan diri saja. Bahkan tidak mandi. Kalau keluar ke kota ataupun kecamatan baru mandi," selorohnya polos.

Pedih bukan?

Pastinya. Tapi cerita itu belum habis. Masih berlanjut karena nyatanya tangki bukan satu-satunya solusi yang digunakan untuk mengatasi persoalan mereka. 

Di tengah musim kekeringan yang melanda NTT khususnya Sumba belakangan, masih ada juga masyarakat yang menggunakan air pelepah pisang sebagai sandaran hidup mereka. Martinus Umbu Wopa adalah salah satunya. Pria, paruh baya ini mengaku sering menggunakan air pelepah pisang untuk mandi juga minum. 

Malah air pelepah pisang jauh lebih baik dari air di sumber mata air. Wow...luar biasa bukan? Sudah begitu masihkah kita menutup mata tentang kondisi ini? 

Mungkin iya dan mungkin tidak tapi kisah mereka haruslah menjadi penegas bahwa di balik realitas yang wah ada juga realitas kemirisan lain yang mengintarinya. Hal itu layak untuk kemudian dibicarakan ataupun diselesaikan sebelum kepedihan itu datang kembali dengan kisah lainnya di Tanah Sumba, tanah kita semua.

Dokumentasi: istimewa
Dokumentasi: istimewa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun