Mohon tunggu...
Kaysa Alfi Mumtaza
Kaysa Alfi Mumtaza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Buku Hujan Sudut Pandang Penceritaan Shabrina Aldira Putri

30 September 2022   22:40 Diperbarui: 30 September 2022   22:56 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ini sebuah cerita yang saya dengarkan dan saya telah rangkum dari cerita teman saya yang bernama Shabrina Aldira Putri mengenai buku yang berjudul "hujan". Dia memberi alasan mengapa suka dan memilih buku ini untuk diceritakan. 

Alasannya karena cerita pada buku jni mengajarkan secanggih apapun teknologi yang diciptakan oleh manusia, hanya kuasa Tuhan yang tidak akan bisa dilawan. Karena buku ini juga mengajarkan tentang kesetiaan, pejuangan, pengorbanan, dan kesabaran terhadap pembaca

Aldira mengatakan bahwa buku ini meceritakan dua tokoh utama. Latar suasana dan tempat yang dia katakan adalah sebuah kota yang sudah modern, dengan segala kecanggihannya seperti sudah ada kereta bawah tanah yang canggih dan handphone sudah tidak berupa fisik yang bisa kita sentuh langsung melainkan layar. 

Suatu ketika Aldira menceritakan ada peristiwa secara tiba - tiba, yaitu terjadi musibah gempa bumi sekala besar yang akibatnya menewaskan banyak korban yang berada di dalam kereta bawah tanah. 

Di dalam kereta ini Aldira menyebutkan ada seorang ibu yang ingin mengantarkan anaknya ke sekolah. Lalu ada juga seorang abang yang sedang mengantarkan adik laki - laki nya ke sekolah. 

Situasi pada saat setelah gempa terjasi, mereka berada di bawah tanah dan semuanya tertimbun reruntuhan. Namun, setelah peristiwa ini ada beberapa orang yang selamat, salah satunya anak perempuan yang berbama Lail dan anak laki laki yang bernama Esok. Adapun perkelahian antar mereka sebelum meninggalkan lokasi yang tertimbun, Lail tidak mau meninggalkan ibunya sedangkan esok juga sudah mencoba untuk menyelamatkan abangnya.

Aldira menceritakan, hanya Lail dan Esok yang merupakan anak kecil pada saat di lokasi kejadian. Maka dari itu mereka akrab, bagaikan adik dan kakak yang tidak terpisahkan. 

Esok pun yang membantu Lail untuk naik dari kereta bawah tanah. Aldira mengatakan bahwa, karena musibah besar gempa bumi ini terbentuklah posko pengungsian desebuah stadion besar atau gelanggang olah raga "GOR". Aldira meceritakan, tentng terbentuknya sarana - sarana pada posko pengungsian ini. Seperti tenda pengungsian, kantin, dan kamar mandi yang dibuat secara darurat. Pada pengungsian ini, Aldira menceritakan situasi dimana para korban musibah gempa bumi ini saling bahu - membahu dalam bertahan hidup dan memperbaiki keadaan. Karena Lail dan Esok adalah anak kecil, maka Aldira mengatakan bahwa mereka tidak dapat bekerja berat. 

Lail hanya menjadi tukang cuci atau tukang gosok kuali besar, sedangkan Esok menjadi kuli kasar. Ternyata Esok adalah seorang anak laki - laki yang memiliki kecerdasar lebih. Dimana diri dia sendiri bisa selalu menyesuakan di setiap keadaan apapun. Maka Aldira menceritakan, setelah Esok mwnjadi kuli kasar, ia diangkat menjadi tukang antar surat lalu diangkat lagi menjadi koordinir kepada pengurus. Esok pun meminta kepada pengurus, agar Lail tidak menjadi tukang gosok kuali. Maka setelah itu Lail mendapatkan pekerjaan yang lebih mudah.

Aldira mwnceritakan situasi kota yang perlahan - lahan sudah membaik dan hidup kembali. Lalu Adira bercerita, bahwa Esok dan Lail dimasukkan kedalam Panti Asuhan. Setelah itu Aldira mengatakan, Esok diadopsi dan diangkat sebagai anak oleh Walikota daerah tersebut. Maka setelah itu, mereka terpisahkan jauh. Singkat cerita, Aldira mengatakan keadaan saat mereka sudah besar. Esok masuk kedalam Universitas ternama di kota ini, dan masuk kedalam jurusan teknik. Sesangkan Lail hanya mahasiswi biasa dan setelah itu ia bekerja sebagai relawan bencana. Aldira mengatakan, setelah mereka berjarak seperti ini, Esok tetap memperhatiakan dan mengetahui setiap kegiatan yang dilakukan oleh Lail. Tetapi sebaliknya, Lail tidak mengetahui Esok sedang melakukan kegiatan apa. Aldira bercerita, kalau Esok ternyata dimanipulasi bahwa yang sebenarna ia berkuliah di Strata 3 (S3). Esok bersama para profesor menghasilnya banyak sekali teknologi. Bahkan terciptanya teknologi untuk menghilangkan ingatan.

Aldira menceritakan, karena kecanggihan teknologi yang terus berkembang di bumi. Mengakibatkan menipisnya lapisan ozon bumi dan terjadinya pemanasan global hingga dikatakan bahwa manusia sudah tidak bisa lagi tinggal di bumi, karena suhunya yang sangat panas, mencapai 50 derajat celcius. Karena adanya pemanasan global ini, Aldira mengatakan bahwa ada beberapa kota yang meluncurkan roket untuk menurunkan salju - salju. Tapi tidak halnya dengan kota ini, walikota berpikir kalau penurunan salju ini hanya bersifat sementara. Bahkan akan menimbulkan bertambahnya kerusakan bumi. Tetapi penduduk kota ini tidak mengerti alasannya, bahkan akan mereka berlomba - lomba untuk demo, kata Aldira. Setelah adanya pemanasan global ini. Aldira bercerita, dibuatlah misi penyelamatan manusia. Maka terbentuknya teknologi roket untuk menciptakan kehidupan manusia di dalam roket, yang ternyata diam diam Esok adalah profesor yang membuat teknologi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun