Mohon tunggu...
Kayla Najmina Syamila
Kayla Najmina Syamila Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh studi di bidang hukum. Tertarik dengan isu-isu sosial, politik, dan dinamika penegakan hukum di Indonesia. Melalui tulisan, berupaya mengeksplorasi diri, membuka jendela dunia, dan mengungkap fenomena berbau sosial dan hukum.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Segenggam Harapan Ibu Menyulam Ilmu dari Balik Dinding Dapur

6 Oktober 2025   05:00 Diperbarui: 6 Oktober 2025   00:28 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Halo, terima kasih sudah berkunjung ke tulisan ini! Tulisan ini didedikasikan untuk ibu penulis. Untuk sepasang tangan yang rela memasak saban pagi, untuk sepasang kaki yang berjalan tidak kenal jarak, untuk mulut yang tidak berhenti memberi nasihat, untuk raga yang menahan kantuk kala penulis demam, dan untuk diri yang menahan ingin sehingga menjadi angan saja. Sekali lagi, beribu terima kasih penulis ucapkan.

Menjalani peran sebagai seorang ibu bukanlah hal yang sederhana. Peran yang sering dianggap remeh, namun sarat akan stereotip masyarakat ramai. “Seorang ibu harus bisa bekerja di dapur”, “seorang ibu harus pandai merawat anaknya”, “seorang ibu harus bisa menyulam baju anaknya yang bolong”, “seorang ibu harus bisa mengatur keuangan keluarga”, dan “seorang ibu harus bisa mengajari anaknya pelajaran sekolah”, demikian ragam tuntutan masyarakat untuk satu individual yang disebut ibu.

Sebelum mendapat label seorang ibu pun, seorang perempuan dianggap tidak perlu menempuh pendidikan setinggi-tingginya karena hanya akan berujung dengan sendok sayur juga panci di dapur. Masyarakat sering salah kaprah mengartikan pekerjaan ibu. Anggapan tentang pekerjaan rumah tangga yang khas melekat pada peran ibu menjadi batu sandungan seorang perempuan dalam berpikir luas. Padahal, secara praktis, pekerjaan ibu menguras isi kepala, raga, dan jiwa. Rutinitas rumah tangga yang dianggap sederhana tersebut memerlukan kecerdasan, kebijaksanaan, dan kemampuan berpikir kritis seorang ibu. Sebagai contoh sederhana, pertanyaan yang pastinya terlintas di seluruh benak ibu adalah “malam nanti mau masak apa?”, setidaknya ibu harus memikirkan apakah masakan tersebut disukai anaknya, gizi yang terkandung dalam masakannya nanti, hingga pengeluaran kebutuhan masak. 

Pertanyaan sederhana itu hanyalah satu dari sekian banyak dilema kecil yang menuntut ketepatan berpikir, kemampuan mengelola waktu, serta kepekaan terhadap kebutuhan keluarga. Dalam setiap keputusan yang tampak sepele, tersimpan proses berpikir yang kompleks, itulah mengapa pendidikan menjadi sangat penting bagi seorang ibu rumah tangga. Pendidikan tidak hanya sebatas memahami teori atau angka di atas kertas, melainkan tentang bagaimana mengasah logika, mengelola emosi, dan mengambil keputusan yang bijaksana di tengah situasi yang dinamis.

Oleh karena itu, dalam tulisan ini, penulis berusaha mengungkap pentingnya pendidikan bagi seorang ibu rumah tangga. “Segenggam harapan ibu” bermakna ibu yang selalu berdoa untuk kebaikan anaknya, “menyulam ilmu” bermakna ibu yang ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya, dan “dari balik dinding dapur” menggambarkan dinding dapur yang menjadi saksi tempat seorang ibu memasak masakan bagi keluarganya dengan sepenuh hati.

Pentingnya Pendidikan Tinggi bagi Ibu Rumah Tangga

Pertama, seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibu menjadi sosok pertama yang memperkenalkan nilai-nilai kehidupan, moralitas, dan pengetahuan dasar. Pendidikan tinggi memberikan ibu kemampuan untuk berpikir kritis dan memahami kebutuhan tumbuh kembang anak secara lebih mendalam. Melalui pendidikan, ibu dapat menerapkan pola asuh yang lebih efektif dan adaptif, menumbuhkan rasa ingin tahu anak, serta menanamkan kecintaan terhadap ilmu. Penelitian dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu memiliki korelasi kuat dengan prestasi akademik anak. Anak-anak dari ibu berpendidikan tinggi cenderung memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak dari ibu berpendidikan rendah.

Kedua, ibu yang berpendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pendidikan memberikan peluang lebih besar bagi ibu untuk memahami cara pengelolaan keuangan, kesehatan, serta pendidikan anak. Seorang ibu yang terdidik mampu menyusun prioritas kebutuhan rumah tangga dengan rasional dan efisien. Lebih jauh lagi, pendidikan tinggi dapat membuka peluang ekonomi, baik melalui pekerjaan formal maupun usaha mandiri di rumah. Data dari World Bank (2023) menunjukkan bahwa setiap tambahan satu tahun pendidikan pada perempuan dapat meningkatkan pendapatan keluarga hingga 10%. Tak hanya itu, ibu yang berpendidikan juga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan keluarga dari jurang kemiskinan struktural melalui keputusan cerdas dalam memilih pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Pendidikan anak yang tepat menjadi investasi jangka panjang yang dapat mengubah masa depan ekonomi keluarga secara signifikan.

Ketiga, ibu berperan penting dalam menjamin kesehatan raga dan jiwa keluarga. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi lebih memahami pentingnya gizi seimbang, sanitasi, dan gaya hidup sehat. Pengetahuan yang baik tentang kesehatan membantu ibu mencegah penyakit, mengenali gejala awal gangguan kesehatan, dan mengambil tindakan tepat sebelum kondisi memburuk. Tak hanya itu, ibu yang terdidik juga lebih peka terhadap kesehatan mental keluarga—ia tahu bagaimana menciptakan suasana rumah yang hangat, komunikatif, dan penuh kasih sayang. Laporan World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa peningkatan pendidikan ibu berbanding lurus dengan penurunan angka kematian anak dan peningkatan kualitas kesehatan keluarga secara keseluruhan.

Dengan demikian, pendidikan tinggi bagi ibu rumah tangga bukan sekadar pelengkap atau formalitas. Pendidikan adalah fondasi utama dalam membentuk keluarga yang sehat, sejahtera, dan berdaya. Dari tangan ibu yang berilmu, lahirlah generasi cerdas yang membawa perubahan bagi bangsa.

Penghujung Tulisan

Sekali lagi, pendidikan bagi seorang ibu rumah tangga bukan sekadar gelar atau formalitas, melainkan fondasi yang membentuk cara berpikir, bersikap, dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan, seorang ibu mampu menjadi pendidik pertama yang bijaksana bagi anak-anaknya, pengatur ekonomi keluarga yang cermat, serta penjaga keseimbangan emosi di rumah. Sebab di balik keberhasilan sebuah keluarga, selalu ada sosok ibu yang berjuang menyulam ilmu di tengah kesibukan dan lelahnya rutinitas. Ibu yang berpendidikan tidak hanya menyiapkan masa depan anak-anaknya, tetapi juga membangun peradaban dengan caranya sendiri dengan tenang, tulus, dan penuh kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun