Serangan demi serangan terus dialami penduduk Palestina. Hingga saat ini tercatat ada 37.084 korban tewas. Kementerian Kesehatan juga menyebutkan terdapat 84.494 warga yang terluka terhitung sejak 7 Oktober 2023. Termasuk sedikitnya 274 orang yang tewas dalam serangan Israel pada Sabtu (8/6/2024).Â
Korban-korban ini terdiri dari 64 anak-anak dan remaja, 57 perempuan dan 37 orang lanjut usia. Serangan ini disebut-sebut dilaksanakan untuk menyelamatkan empat tentara Israel yang ditawan Hamas. 274 orang tewas untuk empat orang yang masih hidup. Apakah sebanding? Tanpa memperhitungkan kesebandingan jumlah pun, apakah ada perang yang melegalkan penghilangan nyawa atas kaum wanita, anak-anak dan lansia.
Melihat melalui sisi sejarah terlebih dahulu, konflik antara Palestina dan Israel yang tak kunjung henti ini diawali oleh Deklarasi Balfour (1923-1948). Deklarasi berisi mandat yang mengikat pemerintah Inggris untuk menyediakan "rumah" di Palestina untuk orang yahudi. Para yahudi ini merupakan penduduk yang melarikan diri dari nazisme di Eropa.Â
Semakin lama imigrasi yahudi ini terus meningkat. Pemberontakan juga pernah terjadi pada 1937 melawan Inggris serta gabungan pasukan yahudi Israel. Hingga pada tahun 1947, ketika populasi yahudi telah mencapai 33% dari total penduduk palestina, PBB memutuskan pembagian Palestina menjadi negara Arab dan yahudi.Â
Tentu saja Palestina sebagai tuan rumah menolak rencana putusan tersebut, begitu pula negara-negara Arab lain. Putusan itu sama saja menyerahkan 94% wilayah Palestina termasuk wilayah pesisir yang subur sekaligus mencakup 67% populasinya. Terlebih lagi pada tahun 1948 Israel justru menyatakan kemerdekaannya.Â
Sontak hal itu memantik serangan dari Mesir, Irak, Transjordania dan Suriah. Perjanjian gencatan senjata pada 1949 justru menetapkan secara de facto perbatasan baru dengan wilayah yang didapat yahudi lebih banyak dibanding rencana pembagian dari putusan PBB.
Mulai dari titik itulah operasi militer untuk menghancurkan wilayah Palestina dilakukan terus menerus oleh pihak yahudi Israel. Serangan udara, patroli malam, pengeboman, penangkapan paksa. Pada 1987 terbentuklah Gerakan Intifada yang pertama, cikal bakal Gerakan Hamas.Â
Namun Intifada ini berakhir pada 1993 dengan dibentuknya Palestinian Authority (PA), pemerintahan  sementara yang diberikan otonomi terbatas untuk wilayah tepi barat serta jalur gaza. Namun selanjutnya pada tahun 2000, Gerakan Intifada terjadi lagi. Kejadian ini memicu meluasnya pemberontakan bersenjata, Israel pun juga terus menyerang.Â
Akibatnya kerusakan yang Israel timbulkan kali ini sangat berdampak pada perekonomian dan infrastruktur Palestina, dan disebut-sebut kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Israel pun berhasil menduduki wilayah PA atau sama dengan wilayah bagi palestina semakin berkurang.Â
Peperangan pun terus terjadi , 2008, 2012, 2014, dan 2021. Hingga akhir-akhir ini dimulai dengan serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Percikan api itu terus berlanjut dengan serangan-serangan non-kemanusiaan. Perhatian dunia kembali tertuju ke perang palestina dan israel. Namun apakah benar jika disebut perang?
Perang atau upaya genosida?