Mohon tunggu...
Kayla Annisa
Kayla Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Kisah Heroik Sumpah Pemuda, Tersimpan Sebuah Makna

18 Desember 2023   13:56 Diperbarui: 18 Desember 2023   14:09 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemuda merupakan harapan bangsa, kaum yang akan menentukan perubahan-perubahan dimasa yang akan datang. Mereka memegang peranan penting dalam kemajuan dan pembangunan bangsa. Melalui kongres pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Batavia (kini bernama Jakarta), dicetuskan lah Sumpah Pemuda, ikrar kaum muda yang menjadi bukti dari perjuangan untuk bersatu atas nama bangsa Indonesia, cita-cita kemerdekaan, semangat kebersamaan, dan cinta tanah air yang mendalam. Sumpah Pemuda sendiri adalah tonggak sejarah yang utama dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Namun perlu digarisbawahi, Sumpah Pemuda bukanlah deklarasi kemerdekaan Indonesia, meskipun merupakan langkah penting menuju kemerdekaan. Lahirnya Sumpah Pemuda menjadi titik awal perjuangan para pemuda sekaligus batu lonjakan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda membawa pengaruh yang sangat besar bagi suatu bangsa.

Belum banyak yang mengetahui, bahwasanya Sumpah Pemuda diinisiasi oleh perkumpulan pemuda yang dikenal sebagai Jong Java (Java Youth). Mereka adalah kelompok pemuda Jawa yang mendukung ide persatuan dan kesatuan Indonesia. Inisiatif untuk mengadakan Sumpah Pemuda pertama kali diusulkan oleh Jong Java. Namun sayangnya, Sumpah Pemuda tidak dibacakan di Malang, Jawa Timur. Padahal Malang adalah salah satu kota penting di Jawa Timur yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi tidak ada perwakilan dari sana yang ikut dalam pembacaan sumpah tersebut di Jakarta.

Menilik ke belakang, tepatnya menjelang akhir abad ke-19, kondisi rakyat pribumi tak kunjung membaik meskipun ada upaya dari pemerintah kolonial Belanda yang diharapkan mampu menciptakan perubahan berupa "kemajuan", dikarenakan dalam praktiknya masih terjadi penyalahgunaan demi keuntungan dan kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Salah satu contohnya yaitu dalam aspek pendidikan yang masih terdiskriminasi. Namun permasalahan tersebut tidak menjadikan kaum muda terpelajar merasa memiliki derajat yang berbeda, justru mereka merasa bersama sebagai pribumi yang tertindas dan tidak memandang perbedaan apapun. Dari sinilah semangat kebersamaan pemuda terlihat. Dengan pengalaman yang mereka peroleh dari bangku pendidikan maupun kehidupan setelahnya, mereka lebih memiliki kesadaran politik yang kemudian menggugah kaum muda terpelajar ini menjadi pelopor kesadaran berbangsa/nasional. Peristiwa munculnya kesadaran ini disebut sebagai Kebangkitan Nasional. Mereka pula yang menjadi kaum penggerak dan pemimpin Pergerakan Nasional pada awal abad ke-20. Sebagai bentuk perjuangan di zaman Pergerakan Nasional, dibentuklah organisasi-organisasi kepemudaan oleh kalangan terdidik yang beranggotakan pemuda-pemudi Indonesia, baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan.

Pada tahun 1924, Soetomo membentuk kelompok diskusi sebagai bentuk kekecewaan terhadap pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul. Kemudian, pada tahun 1926 terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia yang menjadi wadah untuk menyuarakan wawasan kebangsaan pada diri mahasiswa. Hal tersebut terealisasikan dengan diselenggarakannya kongres paling bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa tanah air, yaitu Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta yang menghasilkan Sumpah Pemuda yang hingga kini setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Pemuda yang notabene sebagai penerus bangsa sudah sepatutnya bangga dan melestarikan budaya bangsa, tak terkecuali bahasa, sebagai wujud cinta tanah air. Seperti salah satu isi dari Sumpah Pemuda, "Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia." Namun mirisnya, bercermin pada era globalisasi, pemuda seperti kehilangan jati dirinya. Mereka sudah jarang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan, melainkan mengadopsi bahasa-bahasa asing yang menurut mereka terlihat lebih gaul. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka lebih sering menggunakan "bahasa gaul" untuk berkomunikasi dengan sesama. Bahkan mereka sudah mulai meninggalkan budaya-budaya bangsa Indonesia. Budaya yang dahulunya dijunjung tinggi, pada zaman yang semakin modern ini, nilai-nilai budaya dalam diri pemuda bangsa mulai luntur. Rasa cinta tanah air pemuda zaman sekarang juga dinilai masih cukup kurang. Mengingat bagaimana perjuangan tokoh-tokoh perumus Sumpah Pemuda yang membutuhkan proses panjang dan tidak gampang, pemuda masa kini seharusnya mengambil pelajaran dari momen Sumpah Pemuda untuk kemajuan bangsa.

"NKRI harga mati" tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Yel-yel penyemangat yang sering didengungkan oleh generasi muda yang mengandung makna adanya semangat dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadi kewajiban bagi generasi muda. Namun kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang diucapkan. Tawuran antar pelajar maupun mahasiswa merajalela dimana-mana hanya dikarenakan perbedaan suku ataupun golongan. Lalu, apa gunanya rumusan Sumpah Pemuda yang kedua yaitu "Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia," kalau menjaga kerukunan satu sama lain saja tidak mampu?

Indonesia memiliki beragam suku, agama, budaya, dan ras yang kaya. Sumpah Pemuda mengajarkan bahwa keberagaman ini dapat menjadi kekuatan jika digunakan untuk memperkuat persatuan, bukan menjadi alasan untuk perpecahan. Sumpah Pemuda membantu membentuk identitas nasional Indonesia yang kuat, di mana semua warga negara Indonesia mengidentifikasi diri mereka sebagai satu bangsa yang bersatu dalam perjuangan dan pembangunan. Sumpah Pemuda mengingatkan bahwa kemerdekaan adalah tujuan bersama yang dapat dicapai dengan menjaga persatuan dan kesatuan, serta bersatu dalam perjuangan melawan penjajahan. Momentum Sumpah Pemuda ini dapat menjadi semangat pemersatu seluruh masyarakat Indonesia, pemuda khususnya, agar terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan serta membangun Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun