Banyak orang Indonesia pernah merasakan perut perih, nyeri ulu hati, atau kembung yang sering disebut dengan istilah maag. Gejala ini biasanya muncul ketika asam lambung meningkat, entah karena telat makan, stres, atau pola makan yang tidak sehat. Menurut laporan global, gangguan lambung seperti dyspepsia dialami oleh lebih dari 20% populasi di Asia, termasuk Indonesia (Mahadeva & Goh 2006). Tidak heran jika obat maag menjadi salah satu obat bebas yang paling sering dibeli di apotek maupun minimarket.
• Asam Lambung: Teman atau Musuh?
Asam lambung sejatinya adalah kawan. Ia berfungsi mencerna protein, mengaktifkan enzim pepsin, serta membunuh mikroba berbahaya (Shon et al. 2023). Namun, ketika produksinya berlebihan atau sistem pelindung lambung melemah, asam ini bisa menjadi musuh. Akibatnya, permukaan mukosa lambung dan esofagus teriritasi, menimbulkan rasa terbakar dan nyeri yang khas. Inilah titik awal penderitaan banyak pasien maag, yang kemudian mencari pertolongan dari obat.
• Obat Maag Antasida sebagai Penolong Cepat
Obat maag golongan antasida adalah penyelamat paling cepat. Antasida bekerja dengan cara sederhana: menetralkan kelebihan asam lambung sehingga pH naik mendekati normal (MedlinePlus 2022). Bentuknya beragam, mulai dari tablet kunyah hingga suspensi cair. Zat aktif yang umum digunakan adalah aluminium hidroksida, magnesium hidroksida, atau kombinasi keduanya. Karena bekerja langsung di lambung, antasida mampu meredakan gejala dalam hitungan menit, meski hanya sementara.
• Kandungan Sains di Balik Obat Maag
Di balik rasa lega setelah minum obat maag, terdapat reaksi kimia sederhana namun efektif. Aluminium hidroksida (Al(OH)₃) bereaksi dengan asam klorida (HCl) lambung menghasilkan air dan garam aluminium klorida. Reaksi serupa terjadi dengan magnesium hidroksida (Mg(OH)₂), menghasilkan magnesium klorida (Hem et al. 1982). Menariknya, kedua zat ini saling melengkapi: aluminium cenderung menyebabkan konstipasi, sedangkan magnesium bisa memicu diare bila berlebihan. Dikombinasikan, efek sampingnya saling menyeimbangkan sehingga pasien lebih nyaman (Shon et al. 2023).
• Proses Menjamin Mutu
Sebelum sampai ke tangan konsumen, obat maag melewati serangkaian uji mutu di laboratorium. Analis kimia memastikan kadar zat aktif sesuai dengan label. Salah satu metode yang digunakan adalah titrasi kompleksometri dengan EDTA untuk menentukan kadar ion aluminium dan magnesium (Yang & Tsai 2006). Selain itu, uji acid neutralizing capacity (ANC) dilakukan untuk mengukur kemampuan antasida menetralkan asam lambung dalam kondisi simulasi (Hem et al. 1982). Proses ini memastikan obat yang beredar di pasaran aman, efektif, dan stabil selama penyimpanan.
• Efek Samping dan Batas Aman Konsumsi
Meskipun antasida relatif aman, penggunaan berlebihan bisa menimbulkan masalah. Konsumsi aluminium hidroksida dalam jumlah besar dapat mengikat fosfat sehingga memicu defisiensi mineral, sementara magnesium hidroksida berlebih dapat menyebabkan diare hebat (Shon et al. 2023). Pada pasien dengan gangguan ginjal, akumulasi aluminium atau magnesium bisa menjadi berbahaya. Selain itu, antasida juga dapat mengganggu penyerapan obat lain seperti antibiotik tetrasiklin atau obat jantung digoksin. Karena itu, aturan pakai harus selalu diperhatikan.