Mohon tunggu...
Asro Songge
Asro Songge Mohon Tunggu... -

Mahasiswa di STISIPOL 17 AGUSTUS 1945

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ilusi Dunia Kampus

28 Maret 2018   22:45 Diperbarui: 28 Maret 2018   22:54 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilusi Dunia Kampus

oleh:Fikih masjudin

Dunia Kampus kini tak lagi seindah pembicaraan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan Gedung, dinding-dinding sampai dengan mereka yang dikatakan hidup. 

Perspektif ini tentu hanya hadir diantara sebagian mahasiswa yang sadar secara akademik dan tingkat intelektualnya memiliki sedikit perbedaan dengan teman-teman yang sadar secara akademik namun mungkin saja kurang dalam pengembangan intelektual. 

Dari bibir ke bibir Kampus terdengar begitu menyeramkan tatkala membahas persoalan mereka kan bersua dengan sedikit atau bahkan ratusan atau mungkin ribuan penghuni kampus. Namun disisi lain, disela-sela seramnya pembicaraan kampus terselip pula rasa manis dari tiap bait percakapan kala kita ingin mencicipi dunia kampus. 

Lambat laun orang mulai berdatangan dari segala penjuru,berbagai suku dan bahasa demi menjajaki tiap jengkal lantai sembari menatap tiap ukiran di papan tulis. Fenomena yang memang kerap dibicarakan banyak orang diluar sana. Waktu demi waktu, hadir wujud baru sebagai pemberi solusi bagi mereka yang ingin mengarungi aliran dunia kampus. 

Titik permulaan antara seram dan manisnya kampus mulai nampak, satu sisi hadir dari mereka yang menawarkan wadah menimbah hangat dan dinginnya ilmu pengetahuan selain bangku perkuliahan berkawan papan terpampang dalam suatu ruang,sementara sisi lain hadir menawarkan wacana "tak ada wadah untuk menuntut ilmu". Bangku perkuliahan dan papan yang terbentang itulah wadahnya kalian menimbah ilmu. Pengembaraanpun dimulai, tarik menarik layaknya perlombaan tarik tambang di acara 17san mulai terlihat.

 Sang pemberi wadah, pada hakikatnya bukanlah ahli dalam tarik tambang karena mereka sadar tanpa ditarikpun mereka kan ada dalam ruangan sembari duduk dlm bangku perkuliahan menatap papan, itulah kewajibannya. 

Mereka hanya meminta apa yang menjadi hak mereka, sementara sisi satu seakan jawara tarik tambang terus menarik sekuat tenaga namun lupa satu hal, Ilmu Pengetahuan tdak terbatas dlm ruang yang berdiamter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun