Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sudjiwo Tedjo: Jakarta Jangan Ditambah Lagi dengan Hantu Monas

10 Maret 2012   10:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:15 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudjiwo Tedjo, budayawan dalam akun Twitter-nya, @sudjiwotedjo, Sabtu (10/3) menulis, "Cukup sudah Jakarta punya hantu Pondok Indah, Hantu Jeruk Purut, Hantu Cassablanca, jangan nanti ditambah2 lagi dengan Hantu Monas."

Kita tentu paham, kicauan Sudjiwo itu adalah untuk menyindir kicauan Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat sebelumnya.

Dimana Anas menyatakan siap digantung di Monas bila terbukti korupsi. Walaupun satu sen.

Pernyataan Anas ini tentu untuk lebih meyakinkan masyrakat, bahwa ia tidak terlibat dalam kasus suap Wisma Atlit dan proyek Hambalang. Seperti yang dituduhkan Nazaruddin. Kemudian dipercaya sebagian besar publik.

Namun apa mau dikata, walau sudah menyatakan siap digantung. Tetap saja masyarakat tidak begitu saja percaya. Malahan menjadikan sebagai guyonan. Seperti oleh Sudjiwo.

Anas politisi yang sebelumnya dipercaya bersih, alim, kalem, dan memiliki integritas. Tak nyana kini menjadi bulan-bulanan ketidakpercayaan.

Sudah demikian parahkah krisis kepercayaan terhadap para pejabat dan politisinya?

Pernyataan-pernyataan mereka lebih banyak tidak dipercaya dan ditanggapi secara sinis.

Omong-omong mereka dianggap layaknya omong kosong. Lebih cocok dimasukan ke tong sampai daripada di telinga.

Mengapa semua ini bisa terjadi? Karena masyarakat sudah jengah dibohongi dan diperdaya. Sekarang lebih cerdas menyikapi semua omongan dari para pejabat dan politisi.

Perilaku mereka selama ini sudah terlalu menyakiti hati rakyat. Mereka dengan semena-mena mengambil hal rakyat demi memperkaya dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun