Hidup adalah nikmat, untuk apa ada PENAT?
Di sini stres. Di sana stres. Di mana-mana ada orang stres. Stres telah memasyarakat. Banyak orang stres akibat beban pikiran yang begitu berat. Pekerjaan menumpuk yang seakan tiada habisnya.
Masalah dan kesulitan datang silih berganti tiada habisnya. Kebutuhan hidup yang tak bisa ditunda. Hidup berkejaran dengan waktu.
Otak terus berpacu tanpa istirahat. Dari pagi sampai malam terus bekerja. Terkuras energinya. Otak kelelahan.
Di tempat tidur pun otak tak bisa diam. Gelisah.pikiran terus berkeliaran. Tidur tak nyenyak. Mimpi-mimpi buruk menghantui.
Bayangkan. Bagaimana PENAT-nya otak ini? Pikiran yang PENAT membuatnya tak bisa berfungsi dengan sehat. Membuat penyakit kumat. Gampang menarik urat syaraf dan mengumbar syahwat.
Ibaratkan mesin yang terus dipacu. Daya tahannya pasti cepat lemah dan rusak. Begitu pula otak. Dipakai untuk terus berpikir, istirahat dan asupan makanan tidak memadai.
Kalau kemudian mengalami PENAT yang amat sangat, wajarlah. Menjadi sensitif dan mudah emosi. Parahnya tidak sedikit yang mengalami stroke. Otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tubuh menjadi lumpuh.
Begitulah, bila hidup hanya mengikuti nafsu dan mengejar keduniawian. Kesuksesan hidup hanya diukur dengan materi. Hidup sekadar memikirkan sandang, papan, dan pangan.
Pemenuhan kebutuhan jasmani menjadi tujuan utama, sehingga seluruh pikiran dan tenaga dikerahkan. Otak terus berputar. Tak heran otak menjadi cepat PENAT.
Menyedihkan memang bila hidup hanya untuk menikmati ke-PENAT-an. Bukannya menikmati hidup dengan suka cita penuh nikmat.