Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maaf, Saya Bagian FPI, Anda Mau Ikut?!

11 Februari 2011   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:42 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297422247113556839

Mengapa kita lupa dengan jati diri kita sebagai bangsa yang cinta damai? Mengapa kita lupakan juga, bahwa kita adalah bangsa yang pemurah? Mengapa melupakan juga kehendak Tuhan dan teladan Para Nabi yang kita junjung? [caption id="attachment_90147" align="alignleft" width="509" caption="PEACE//GETTYIMAGES"][/caption]

* Suasana negeri memanas. Gonjang-ganjing disana-sini. Pertikaian dimana-mana. Membunuh atas nama agama dan rumah ibadah dibakar, kini menjadi tontonan. Entahlah, ini benar adanya atau rekayasa tingkat tinggi. Yang jelas dan pasti kekacauan telah terjadi. Ada korban yang mati.

Kekacauan dan pertikaian telah ada dipermukaan. Begitu banyak energi yang dihabiskan. Banyak pekerjaan terabaikan. Pemimpin negeri tak bisa bersikap tegas. Rakyat terombang-ambing dan memelas.

Indonesia negeri yang indah dan damai. Penduduknya yang dikenal ramah tamah dan religius, hampir menjadi sejarah. Berganti amuk massa dan keberingasan. Tadinya adalah bangsa yang pemurah drastis menjadi bangsa yang pemarah. Rakyat yang dulunya dikenal santun dan sabar, kini telah menjelma buas dan lebih mengedepankan emosinya. Kita lupa, bahwa kekerasan adalah bukan budaya kita!

Banyak organisasi massa yang seharusnya membantu dan menciptakan perdamaian di negeri tercinta ini, justru menabur kekacauan dan menyebar kebencian.

Masaa yang bodoh dan tak punya pendirian dijadikan budak dan pionir dengan mudah untuk dikendalikan. Ternyata politik adu domba masih ada, sehingga sesama saudara rela bermusuhan. Lupa bahwa kita berasal dari asal yang sama.

Lupa pesan Tuhan dan Para Nabi untuk saling mengasihi, sehingga kita lebih rela untuk saling membenci dan menghabisi.

Kita juga lupa akan kehendak Tuhan yang kita sembah. Yang menginginkan manusia ciptaanNya hidup damai di atas bumi ini melalui pesan-pesanNya melalui Para Nabi. Melalui teladan-teladan Para Nabi yang hidup damai dan penuh cinta kasih pada jamannya.

Tetapi pertikaian tiada habisnya di bumi pertiwi. Entah mengapa kita lebih membutakan diri dan memilih hidup dalam pertikaian.

Kita yang masih memiliki hati yang damai adalah suatu berkah. Ketika ada yang bertikai, minimal tidak terlibat didalamnya. Berusaha menjadi penengah dan mengingatkan. Mari kita kibarkan didalam diri kita sebagai Front Perdamaian Indonesia.

Seharusnya sebagai bangsa yang besar dengan budaya adiluhung dan ajaran agama yang agung, kita malu pada dunia dengan perilaku kita. Malu dengan berita-berita pertikaian yang terjadi dan diketahui luas secara cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun