Omong Kosong Orang Buta dan Lentera Telah Padam

Masih dalam kondisi marah si buta menyahut, "Jelas kamu buta. Apa kamu tidak melihat lentera yang  saya bawa?" 

"Lentera? Lentera yang mana? Lentera kamu sudah padam," orang yang menabrak memberitahukan. 

Perilaku manusia saat ini, banyak yang seperti  orang buta yang membawa lentera, tetapi tidak sadar lenteranya telah mati. Namun, masih merasa ia membawa terang. Sudah salah masih berani marah karena ketaktahuan. 

Berkenaan dengan hal ini markipas, mari kita kupas. 

Nurani Telah Padam

Bila lentera ibarat pelita hati atau nurani, hari-hari ini banyak di antara kita telah padam, sehingga tidak lagi alih-alih menjadi penerang hidup, yang ada malah mencelakakan orang lain. Sungguh sayang masih juga tak menyadari. 

Sendiri sudah dalam kegelapan masih merasa paling benar sendiri dengan sibuk menghakimi. Sudah salah tidak mau mengakui, malah menyalahkan lagi. Yang lebih parah saling caci. 

Di jalanan sudah biasa terjadi yang menabrak lebih galak lagi. Yang punya utang ditagih malah lebih berani memaki. Yang korupsi, malah merasa dizalimi. Para tokoh agama, justru saling debat tiada arti. Bukannya jadi teladan malah sibuk omong kosong di sana sini. 

Bukankah hal ini dalam keseharian sedang terjadi?

Sering kali kita mendengar atau membaca atau diri sendiri yang berkata, "Nurani mereka telah mati."

Apakah kita ada introspeksi melihat ke dalam diri dan bertanya, jangan-jangan nurani sendiri yang telah padam, sehingga tidak lagi menjadi penerang hidup sendiri alih-alih orang lain?

Bukankah hal ini juga memang sering terjadi dalam hidup ini?