Sama halnya ketika saya pernah menulis sekelumit kisah seorang teman yang sedang kesulitan dalam keuangan. Niat saya kalau menang hadiah sejumlah uang  akan saya berikan padanya.Â
Apakah menang? Ternyata tidak. Karena saya hapus tulisan itu. Teman ini tidak berkenan, walaupun sudah saya menjelaskan  maksud dan tujuannya.Â
Tentu saya kecewa. Kenapa niat baik saya yang tulus  malah disalahpahami?
Namun saya juga berusaha memaklumi keberatannya. Karena itu saya hapus, walaupun jumlah pembaca, yang memberi nilai, dan komentar cukup banyak.Â
Ada kesalahannya saya juga yang tidak menjelaskan sejak awal. Sulit memang untuk memahami dan menerima kondisi ini. Apalagi setelah kejadian ini seakan saya dijauhi.Â
Kedua, walaupun disalahpahami dan disakiti tidak harus membalas dengan menyakiti.
Tentu saja spontan  saya  marah sama si tikus yang tidak tahu diri itu dengan menggigit tangan saya. Mau diselamatkan dari kolam bukannya terima kasih.Â
Sebenarnya bisa saja setelah dalam genggaman  saya balas sakit tangan yang berdarah ini dengan membanting si tikus sampai berdarah pula.Â
Kenapa saya tidak melakukan? Entahlah. Yang pasti saya melepaskan begitu saja. Yang saya rasa hanya sakit di tangan bukan di hati.Â
Mungkin dari kejadian ini saya hendak diajarkan agar jangan membalas menggigit tikus yang telah menggigit itu. Jangan membalas sakit hati dengan menyakiti.Â
Karena pengendalian diri yang belum terlatih manusia melakukan banyak hal tanpa kendali. Ada yang menyakiti langsung balik menyakiti. Yang menghasilkan rasa bangga diri, tetapi nurani terlukai.Â
@cerminperistiwa 23 Juli 2021Â