Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuduhan

27 April 2019   10:13 Diperbarui: 27 April 2019   10:43 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva/katedrarajawen

Apa reaksi kita bila ada yang menuduhkan hal yang tidak kita lakukan? Misalnya tuduhan itu adalah melakukan kecurangan, padahal sesungguhnya kita sudah berlaku jujur.

Secara manusiawi pasti akan mati - matian membela diri. Memberikan penjelasan sejelas - jelasnya. 

Kalau tidak diterima, pasti akan membuat tidak nyaman. Sudah jujur masih dituduh macam - macam. Ujung  - ujung bikin sakit hati.

Secara emosi pasti akan mengamuk, marah - marah atau terjadi perkelahian demi membela harga diri.

Memang menyakitkan menerima tuduhan atas apa yang tidak kita lakukan. Itu namanya mengajak berantam.

Seringkali dengan segala pembenaran versi manusia kita melakukan semua itu. Demi membela diri, demi harga diri.

Susah untuk berprinsip tidak akan menyikapi atau diam terhadap tuduhan yang dialamatkan ke diri kita apabila tidak benar. 

Bila memang tidak melakukan yang dituduhkan cukup bersikap diam. Masalahnya kalau diam akan dianggap sebagai bentuk pengakuan. Kalau tidak sabar, ujung - ujungnya emosi lagi untuk membela harga diri.

Mudah mengatakan, bahwa bila apa yang dituduhkan tidak benar, abaikan saja. Anggap angin lalu. Waktu yang akan membuktikan kebenarannya. Selesai. Anggap saja sebagai ujian dan menambah pahala.

Praktiknya memang tidak semudah itu. Namun sesungguhnya tidak sesulit yang kita pikirkan. Sebab ada juga yang bisa melakukannya.

Suatu hari seorang murid kerohanian sehabis dari kamar kecil, dituduh gurunya, bahwa ia tidak menyiram setelah buang kotoran. Seisi kelas menertawakan. Apalagi selama ini sang murid dianggap murid yang baik dan berkepribadian.

Memalukan, buang kotoran saja tidak disiram. Munafik.  Murid ini dalam kebingungan, sebab ia berkeyakinan tidak berbuat seperti yang dituduhkan. 

Tetapi ia menerima tuduhan itu dengan ikhlas. Berpikiran positif dan tidak menyalahkan siapa-siapa. Tidak memberikan penjelasan apapun.

Sekian lama ia menanggung beban malu, karena ditertawakan dan menjadi bahan cibiran. Sabar dan sabar itu yang ia lakukan.

Tiga tahun berlalu. Sang guru kemudian memberikan pengakuan yang mencengangkan sekaligus mengharukan.

Bahwa tuduhan kepada sang murid yang tidak menyiram kotorannya itu adalah tuduhan palsu untuk menguji karakter muridnya. 

Akhirnya justru murid - murid yang selama ini menertawakan yang menjadi malu dan memberikan penghormatan kepadanya. Ada rasa kagumn yang luar biasa.

Menerima kenyataan ini, sang murid.pun tidak berkata apa-apa. Misalnya marah kepada gurunya  atau menceramahi teman - temannya yang telah salah menilai.  Ia hanya tersenyum. 

#refleksihatiuntukmenerangidiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun