Apa reaksi kita bila ada yang menuduhkan hal yang tidak kita lakukan? Misalnya tuduhan itu adalah melakukan kecurangan, padahal sesungguhnya kita sudah berlaku jujur.
Secara manusiawi pasti akan mati - matian membela diri. Memberikan penjelasan sejelas - jelasnya.Â
Kalau tidak diterima, pasti akan membuat tidak nyaman. Sudah jujur masih dituduh macam - macam. Ujung  - ujung bikin sakit hati.
Secara emosi pasti akan mengamuk, marah - marah atau terjadi perkelahian demi membela harga diri.
Memang menyakitkan menerima tuduhan atas apa yang tidak kita lakukan. Itu namanya mengajak berantam.
Seringkali dengan segala pembenaran versi manusia kita melakukan semua itu. Demi membela diri, demi harga diri.
Susah untuk berprinsip tidak akan menyikapi atau diam terhadap tuduhan yang dialamatkan ke diri kita apabila tidak benar.Â
Bila memang tidak melakukan yang dituduhkan cukup bersikap diam. Masalahnya kalau diam akan dianggap sebagai bentuk pengakuan. Kalau tidak sabar, ujung - ujungnya emosi lagi untuk membela harga diri.
Mudah mengatakan, bahwa bila apa yang dituduhkan tidak benar, abaikan saja. Anggap angin lalu. Waktu yang akan membuktikan kebenarannya. Selesai. Anggap saja sebagai ujian dan menambah pahala.
Praktiknya memang tidak semudah itu. Namun sesungguhnya tidak sesulit yang kita pikirkan. Sebab ada juga yang bisa melakukannya.
Suatu hari seorang murid kerohanian sehabis dari kamar kecil, dituduh gurunya, bahwa ia tidak menyiram setelah buang kotoran. Seisi kelas menertawakan. Apalagi selama ini sang murid dianggap murid yang baik dan berkepribadian.
Memalukan, buang kotoran saja tidak disiram. Munafik. Â Murid ini dalam kebingungan, sebab ia berkeyakinan tidak berbuat seperti yang dituduhkan.Â
Tetapi ia menerima tuduhan itu dengan ikhlas. Berpikiran positif dan tidak menyalahkan siapa-siapa. Tidak memberikan penjelasan apapun.
Sekian lama ia menanggung beban malu, karena ditertawakan dan menjadi bahan cibiran. Sabar dan sabar itu yang ia lakukan.
Tiga tahun berlalu. Sang guru kemudian memberikan pengakuan yang mencengangkan sekaligus mengharukan.
Bahwa tuduhan kepada sang murid yang tidak menyiram kotorannya itu adalah tuduhan palsu untuk menguji karakter muridnya.Â
Akhirnya justru murid - murid yang selama ini menertawakan yang menjadi malu dan memberikan penghormatan kepadanya. Ada rasa kagumn yang luar biasa.
Menerima kenyataan ini, sang murid.pun tidak berkata apa-apa. Misalnya marah kepada gurunya  atau menceramahi teman - temannya yang telah salah menilai.  Ia hanya tersenyum.Â
#refleksihatiuntukmenerangidiri