Ketika ketamakan menguasai, sungguh manusia tak lagi mengenal diri. Suara nurani tak terdengar lagi.
Ketika ketamakan yang jadi pengendali, tak lagi berpikir jernih. Nafsu memerkaya diri tak peduli yang lain mengalami rugi.
Ketika ketamakan sudah menyusupi hati, maka tercipta pembenaran - pembenaran yang mengakali. Tak dapat berpikir jernih lagi.
Ketika benih - benih ketamakannya tumbuh subur di dalam dasar hati, akal sehat dan kepintaran tiada berfungsi. Yang menyelimuti semua demi keuntungan sendiri.
Ketika ketamakan yang menjadi teman sejati, ilmu agama dan berpengetahuan tinggi bagaikan jerami terbakar api. Semuanya hangus yang tersisa debu - debu kebodohan tak sadarkan diri.
Banyak orang korupsi, bukan tak mampu ekonomi. Lebih - lebih karena tak mampu melepaskan diri dari ketamakan yang menggerogoti.
Banyak orang, dari pegawai biasa, pejabat, aparat atau yang berpendidikan tinggi, terperdaya kehilangan banyak materi, tertipu arisan atau investasi yang menjanjikannya keuntungan besar di kemudian hari. Sesungguhnya ketamakan yang telah memerdaya dirinya sendiri.
Adakah ketamakan di dalam diri? Mencari - cari, namun sungguh pandai ketamakan bersembunyi.
||Pembelajarandarisebuahperistiwa