Mohon tunggu...
Sandi Setiawan
Sandi Setiawan Mohon Tunggu... -

Smooth sea never made a skillful sailor.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menikmati Konser Kekinian Bon Jovi

14 September 2015   08:28 Diperbarui: 14 September 2015   15:24 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa kabar…? It’s been a long time..” Sapa Bon Jovi malam itu di Gelora Bung Karno, Jakarta. Band beraliran rock asal New Jersey, Amerika Serikat ini dibentuk tahun 1983 oleh Jon Francis Bongiovi, Jr atau lebih dikenal dengan Jon Bon Jovi. Selama 32 tahun karir bermusiknya, Bon Jovi sudah meliris 13 album. Mulai dari Bon Jovi tahun 1984, 7800° Farenheit, lalu Slippery When Wet yang membawa mereka ke puncak musik dunia. Sukses mereka terus berlanjut. Album New Jersey menjadi fenomena di awal tahun 90 an, dilanjutkan dengan Keep The Faith dan Crossroads. Di tahun 2000an trend musik rock yang memudar tidak menghentikan karya Bon Jovi, mereka terus membuat album sampai ke yang terbaru yaitu Burning Bridges di tahun 2015.

Sebagai band, selama 32 tahun Bon Jovi relatif sukses menjaga keutuhan personilnya. Formasi awal Jon Bon Jovi diisi oleh Richie Sambora pada gitar , Alex John Such pada bass, Tico Torres pada drum, dan David Bryan pada keyboard. Akibat ketergantungannya dengan alkohol dan obat-obatan, tahun 1994 Alex john Such akhirnya harus keluar dan digantikan oleh musisi adisional Hugh McDonald. Formasi kedua ini terus bertahan selama 19 tahun sampai akhirnya pada tahun 2013 Richie Sambora memutuskan untuk berpisah dan digantikan oleh Phil X, seorang gitaris veteran yang pernah bergabung bersama Tommy Lee dan Alice Cooper.

Ini adalah konser kedua Bon Jovi di Indonesia. Konser pertama Bon Jovi di Indonesia adalah 6 Mei 1995 di Ancol Jakarta dalam rangka promo tour album Crossroads. Konser ini dipromotori oleh Indo Entertainment, Event Organizer milik Glayds Suwandi. Waktu itu Bon Jovi masih lengkap dengan sang gitaris Richie Sambora. Sekarang, dua puluh tahun kemudian, mereka kembali ke Jakarta. Konser kali ini diselenggarakan di gelora Bung Karno oleh Live Nation Indonesia. Perusahaan ini adalah kolaborasi dari Live Nation Concerts, promotor event musik internasional yang berbasis di Beverly Hills California dengan partnernya di Indonesia yaitu Java Festival Production. Nama yang terakhir disebut tentunya sudah tak asing lagi di telinga pecinta musik. Perusahaan milik Peter F. Gontha ini adalah penyelenggara berbagai festival musik di Indonesia.

Pada konser Bon Jovi kali ini, sebanyak 40.000 tiket sold out alias terjual habis sebelum acara. Tidak bisa dipungkiri, penggemar Bon Jovi masih sangat banyak disini. Kebanyakan dari mereka adalah generasi tahun 90an yang menjalani masa muda bersama lagu-lagu Bon Jovi. Artinya, saat ini mereka adalah om-om dan tante-tante pekerja kantoran, tentunya dengan tingkat ekonomi yang jauh lebih mapan dibandingkan dengan masa remaja dulu. Harga tiket VVIP yang dibandrol Rp 3.500.000,- dan Festival Rp 2.500.000,- tidak menjadi masalah buat kelas menengah mapan yang haus hiburan. Harga tiket yang dijual para calo bahkan melonjak sampai 3 kali lipat.

Maraknya tiket palsu yang beredar sebelum acara, tidak dipungkiri memang menjadi masalah. Di depan gerbang, beberapa pengunjung terlihat marah, dan berusaha masuk dengan menjual tiket palsu mereka. Tenu saja usaha ini lebih banyak terbuang sia-sia. Keamanan dibuat dalam 3 lapis, pemeriksaan tiket secara fisik di bagian depan, lalu pemeriksaan barcode tiket, di bagian dalam, dan sekali lagi pemeriksaan barcode tiket sebelum memasuki stadion. Melihat fenomena 40.000 orang berjejal masuk Gelora Bung Karno dengan harga tiket yang tidak murah, sempat terbersit pikiran: katanya dollar naik tinggi, katanya ekonomi krisis, dimana krisisnya?.

Pukul 17.30 penonton mulai memenuhi stadion utama. Sebuah panggung raksasa yang megah sudah berdiri disana. Di kelas festival, masing-masing orang mengamankan posisinya. Semua berusaha merapat ke bibir panggung, siap “pasang badan” berdesakan dengan penggemar lainnya. Tidak ada kenyamanan disini, lupakan kemewahan sederhana seperti duduk, minum air mineral, atau buang air kecil. Semua berdiri, sekali meninggalkan tempat, posisi mereka akan diambil oleh predator yang lain. Bau keringat yang menyengat, dan cuaca yang panas menyatu menjadi siksaan. Rasanya seperti naik angkutan umum bernama Kopaja, tanpa mendapatkan tempat duduk, untuk perjalanan 5 jam lamanya. Belum lagi jumlah toilet yang terlalu sedikit menciptakan antrian panjang mengular. Tapi semua itu dilalui tanpa keluhan, karena semua adalah hard core fans-nya Bon jovi.


Konser ini menggunakan panggung selebar 25 x 12 meter, didukung oleh 2 layar LED raksasa di kiri dan kanan. Sound system berkapasitas 80.000 watt dan tata lampu berkapasitas 35.000 dipersiapkan untuk mendukung penampilan Bon Jovi. Semua perangkat acara ini menurut panitia berasal dari Indonesia. Sedangkan Bon Jovi sendiri mengusung 78 orang sebagai crew mereka.

Pukul 19.25 lampu padam. Nuansa kekinian mulai terasa dengan hadirnya penampilan pembuka. Sam Tsui, naik ke atas panggung dan menyapa semuanya. Penampilannya sangat pop untuk tampil sebagai pembuka konser music rock. Seperti perpaduan antara Zayn Malik dari One Direction dan Justin Bieber berambut hitam. Artis muda ini menuai popularitas dari Youtube, sebuah media yang sekali lagi: sangat kekinian untuk mengorbitkan artis pendatang baru. Sam Tsui, membawakan berbagai lagu dari albumnya. Meskipun banyak penonton yang tidak familiar, penampilannya yang enerjik dan ramah sukses membuatnya bertahan selama setengah jam di depan para pemuja rock, tanpa harus di “boo” atau dilempari sesuatu.

Selesai Sam Tsui, penonton sudah tidak sabar menunggu Bon Jovi. Tak lama kemudian Judika muncul dari balik panggung. Vokalis bersuara tinggi mantan Indonesian Idol ini tanpa basa basi langsung memimpin lagu Indonesia Raya, sebuah ritual pembuka untuk setiap konser artis mancanegara di Indonesia. Setelah itu, kesabaran penonton kembali diuji, selama setengah jam panggung kosong dan hanya diisi oleh crew panggung yang sibuk sana sini.

Tepat pukul 20.34 waktu Gelora Bung Karno, lampu stadion serentak mati. Penonton bersorak, berteriak melepaskan energi dan kepenatan masa penantian, sebagian merangsek ke depan agar semakin dekat ke bibir panggung. Inilah saatnya, suara drum, raungan gitar dan keyboard terdengar bersamaan dan sedetik kemudian lampu panggung menyala. Jon Bon Jovi, dengan membawa gitar tertawa lebar menyapa penonton Jakarta. Wajahnya nampak jauh lebih muda dibandingkan usianya yang sudah memasuki angka kepala lima. Tico Torres, menggebuk drum dengan energi yang menyala-nyala, rambut rapi yang mulai memutih membuatnya nampak lebih mirip Robert De Niro dengan stik drum untuk menghajar lawannya. Dan David Bryan, sepertinya tidak mengenal kata tua. Masih dengan model rambut yang sama seperti 20 tahun yang lalu, atau bahkan mungkin 30 tahun yang lalu, tetap menonjol dibalik perangkat keyboardnya.

The Boys are back in Jakarta!. Mereka tidak sendiri, Ada Hugh McDonald bassis additional player yang sudah bersama Bon Jovi sejak tahun 1994. Lalu ada Phil X, lead guitar yang menggantikan Richie Sambora, dan Gitaris asal New jersey yang dipercaya Bon Jovi untuk memegang rhytm yaitu Matt O’ree. Meskipun termasuk musisi yang berpengalaman, bagi Matt O’Ree ini adalah kali pertamanya untuk masuk dalam keluarga Bon jovi.

Berturut-turut lagu pertama adalah That’s What The Water Made Me, dilanjut dengan Who Says You Cant Go Home, dan Lost Highway. Tiga lagu ini berasal dari album Bon Jovi yang relatif “baru” dirilis di era tahun 2000an. “Tonight, we will sing some new and some old stuff” kata Bon Jovi selepas tiga lagu pertama. Kalimat itu dilanjut dengan lagu Raise Your Hand dari album Slippery when Wet. Selanjutnya, kerinduan para penonton terhadap Bon Jovi era 80 an terobati dengan munculnya You Give Love A Bad Name yang mengajak seisi Gelora Bung Karno malam itu untuk bernyanyi bersama.

Tidak larut dalam nostalgia lagu lama, malam itu Bon Jovi menyanyikan We Don’t Run, lagu dari album terbaru Bon Jovi yang dirilis tahun 2015. Setelah itu dari sisi kanan panggung terdengar efek gitar yang familiar. Ya, Phil X memainkan intro lagu It’s My Life, lengkap dengan menggunakan efek talkbox yang sering dipakai era Richie Sambora. Penonton kembali menggila dan mulai bernyanyi bersama. Sajian yang cukup special malam itu adalah Someday I’ll be Saturday Night yang dinyanyikan secara akustik. Sekali lagi paduan suara 40.000 orang bersama bernyanyi.

Acara terus berlanjut. “Any cowboy in Jakarta ?” tanya Bon Jovi, yang langsung disambut riuh penonton. Ini dia Wanted, Dead Or Alive sebuah lagu yang kental bernuansa western. Sesi pertama malam tu ditutup dengan Bad Medicine, setelah itu lampu padam dan tentu saja teriakan “we want more” lantang menggema, saatnya encore!.

Tak lama kemudian Bon Jovi kembali ke depan panggung, kali ini dibalut kaos dan jaket kulit. Dengan berbekal gitar, Bon Jovi melantunkan Runaway, sebuah hits tahun 80 an yang disusul dengan lagu Have A Nice Day. Waktu menunjukkan jam 10.30 ketika Bon Jovi mengambil gitar akustik, maju ke depan, dan mulai bernyanyi ” Once upon a time not so long ago, Tommy used to work on the docks …”. Itu adalah Living On A Prayer, yang sebait pertamanya dinyanyikan secara akustik. Lagu signatur penanda kejayaan Bon Jovi ini menjadi puncak acara dan berhasil memuaskan kerinduan Indonesia terhadap idolanya. Selesai lagu, semua personil maju ke depan, mengangkat tangan dan membungkukkan badan, “terima kasih Jakarta, Aku cinta Indonesia”. Bon Jovi kembali ke balik panggung, meninggalkan penonton yang masih berteriak “we want more”. Kali ini, mereka tidak kembali.

Secara keseluruhan konser berjalan lancar. Memang, beberapa kali terlihat bahwa vokal Bon Jovi tak seperti dulu lagi. Sering kali nada tinggi tak berhasil diraih dan dipasrahkan ke paduan suara penonton. Juga kualitas sound system, seperti kurang maksimal untuk performa rock sekelas Bon Jovi. Meskipun demikian, satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah karisma Bon Jovi masih tetap sama. Sepanjang acara sangat terasa bahwa artis ini sungguh masih sangat dicintai oleh pengemarnya.

Satu hal yang mengganjal adalah soal set list. Bon Jovi adalah band yang besar di era 80an dan 90an, era glam rock. Penonton pada malam itu sebagian besar adalah mereka yang tumbuh bersama dengan lagu-lagunya. Masih banyak lagu “wajib” Bon Jovi era 80-90 an yang tidak dimainkan. Tidak ada “Always”, tidak ada piano akustik untuk mengiringi “Bed of Roses”, dan tidak ada rock ballad pemuja cinta “I’ll be there For You” atau “This Aint A Love Song”. Dari sisi artistik, para penggemar Bon Jovi tentunya maklum bahwa pahlawan idola mereka ini sudah move on. Bon Jovi tidak mau terlalu larut dalam karya-karya lamanya. Mungkin juga vokalnya juga sudah tidak prima untuk menyanyikan lagu-lagu hits era tersebut. Atau mungkin juga karena sekarang adalah saatnya mempromosikan album barunya. Apapun itu, yang jelas Bon Jovi terus bergerak bersama dengan perubahan jaman.

Sayangnya, penggemarnya mungkin tidak bergerak secepat itu. Setelah 20 tahun, ada kerinduan kental untuk bernostalgia. Ada harapan untuk mendengarkan lebih banyak lagu-lagu old school yang menjadi soundtrack hidup mereka. Ada yang berharap malam itu dibuka dengan dengan Living On A Prayer, dan ditutup dengan lagu Never Say Goodbye. Konser malam itu sedikit terasa terlalu kekinian, apalagi bagi penonton hadir untuk sejenak mengunjungi masa lalu, just holding on to never say goodbye.

Set List
• That's What the Water Made Me
• Who Says You Can't Go Home
• Lost Highway
• Raise Your Hands
• You Give Love a Bad Name
• Born to Be My Baby
• We Don't Run
• It's My Life
• Because We Can
• Someday I'll Be Saturday Night (Accoustic)
• What About Now
• We Got It Goin' On
• In These Arms
• Wanted Dead or Alive
• I'll Sleep When I'm Dead
• Keep the Faith
• Bad Medicine

Encore:
• Runaway
• Have a Nice Day
• Livin' on a Prayer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun