Mohon tunggu...
Khoirul Rizal
Khoirul Rizal Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa KPI-FAI-UMJ

Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam - Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lunturnya Semangat Berorganisasi Mahasiswa, Akibat Stigma Negatif Efek Media Massa

4 Juli 2023   20:55 Diperbarui: 4 Juli 2023   21:04 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mahasiswa yang baik ialah mahasiswa yang mampu membawa perubahan (Agent Of Change), Perubahan untuk diri sendiri, perubahan untuk orang sekitar, perubahan untuk masyarakat dan negara. Tak sedikit mahasiswa yang ingin menambah pengalaman, melebarkan relasi dan memimpikan perubahan masuk kedalam sistem organisasi. Yang kita tahu kaderisasi ialah proses dimana usaha pembentukan seorang kader secara terstruktur yang biasanya mengikuti AD/ART organisasi tersebut. Kaderisasi adalah jantungnya Regenerasi, siapa yang akan melanjutkan organisasi tersebut Ketika proses kaderisasi tidak ada.

Namun hal hal demikian banyak hambatan hambatan yang dirasakan, kita bisa melihat akhir akhir ini organisasi kampus kehilangan gairah dan eksistensi nya, kader yang terbilang sudah semakin sedikit, dan peminatnya pun semakin sulit, hal ini termasuk dalam efek media massa karena banyak konten creator yang menarasikan organisasi itu seperti ini dan seperti itu. Pada tulisan saya kali ini akan membahas "Stigma Negatif dari Dampak Efek Media Massa Terhadap Lunturnya Semangat Organisasi Mahasiswa"

Berikut beberapa faktor Stigma Negatif terhadap organisasi dari Efek Media Massa :

1. Efek Kognitif :

  • Mahasiswa baru tentunya akan memilah dan memilih organisasi Ketika ia memasuki kampus, namun Ketika mahasiswa baru melihat bahwa adanya aspirasi mahasiswa yang sudah berpengalaman masuk ke organisasi membuat aspirasi di tiktok atau Instagram, yang membahas bahwa organisasi kampus tuh gini dan gitu, yang menyebabkan mahasiswa baru akan mikir dua kali.

2. Efek Afektif :

  • Mahasiswa yang mendengar stigma negative yang dibentuk dan dinarasikan oleh beberapa konten creator akan dicerna oleh pendengar itu sendiri, lalu muncullah Stigma Stigma dimana para mahasiswa baru berspekulasi bahwa organisasi tidak terlalu penting, organisasi mengandung kekerasan dan senioritas. Yang nyatanya tidak semua organisasi seperti itu, mahasiswa baru yang mendengar hanya berdasarkan dengan pesan yang ia lihat di sosial media semata.

3. Efek Behavioral:

  • Pesan yang bebas di sosmed menyebabkan beberapa konten creator membuat narasi yang menjelek jelekan organisasi, yang menyebabkan proses kaderasi organisasi semakin sulit, terkesan mahasiswa baru yang sudah melihat konten konten tersebut akan menghindari proses kaderisasi.
  • Pesan narasi " bahwa akademisi lebih penting daripada organisasi", yaa memang benar akademik lebih penting karena kita di kuliahkan orangtua tentunya untuk belajar diperkuliahan, namun apa pantas narasi tersebut dikeluarkan ? tentu tidak, narasi seperti ini yang menghambat regenerasi organisasi, bahwa tentunya mahasiswa baru akan beranggapan organisasi tidak penting dan menjauhi organisasi tersebut.

Berikut beberapa faktor umum kenapa organisasi internal kampus sepi peminatnya :

  • Value yang didapat anggota sudah tidak setimpal dengan effort yang dikeluarkan oleh mahasiswa itu sendiri, maka nya beberapa dari anggota organisasi tersebut lebih banyak mengeluh dalam menjalankan program program kerja nya.
  • Budaya Senioritas, nah ini salah satu faktor dimana di media sosial sering kali dibahas tentang hal ini, senioritas dikalangan organisasi-organisasi kampus sampai detik ini banyak yang masih menonjolkan hal tersebut, dimana senior terus ikut campur dan mengintervensi anggota pengurus untuk melakukan hal ini hal itu, apalagi senior yang datang hanya disaat laporan pertanggung jawaban, hanya sebagai ajang perundungan dan salah menyalahkan.
  • Latihan dengan Kekerasan Verbal, Mungkin zaman sekarang sudah jarang ditemui, tapi beberapa organisasi kampus masih menggunakan nya, hal demikian yang membuat mahasiswa baru enggan mengikuti nya, karena penguatan mental yang sangat ditonjolkan di Latihan kali ini, seperti contohnya Senior yang marah marah gak jelas, senior
  • Program kerja yang tidak memiliki value, seperti danusan, paid promote, proker template dari periode sebelumnya. dimana mahasiswa belajar di bangku perkuliahan harusnya lebih inovatif dalam mengadakan program kerja yang bermutu dan terbaru.

Dilihat dari perspektif sosiologi komunikasi, faktor tersebut tentunya bisa di minimalisir dengan cara :

  • Komunikasi Massa : Ketua umum / Pengurus organisasi berkomunikasi ke khalayak ramai dengan metode metode inovatif terbaru, memanfaatkan sosial media seperti tiktok, Instagram dan youtube sebagai alat atau media untuk merubah pola fikir mahasiswa baru bahwasanya organisasi itu seru dan menambah pengalaman yang tidak ditemui di bangku kuliah.
  • Komunikasi persuasif : gunakanlah komunikasi interaksi yang mempengaruhi individu atau kelompok, untuk tujuan nya mempengaruhi dan mengubah kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang untuk ikut terjun bersama di organisasi terkait.
  • Pemanfaatan Sosial Media sebagai penunjang kaderisasi, dengan memasukan pesan pesan yang positif terkait organisasi tersebut.

Nama   : Khoirul Rizal

Npm    : 20210510300022

Kelas   : 4A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun