Mohon tunggu...
Reza Fahlevi
Reza Fahlevi Mohon Tunggu... Jurnalis - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute

"Bebek Berjalan Berbondong-bondong, Elang Terbang Sendirian"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Upaya Menjaga Ketahanan Pangan di Masa Pandemi

3 September 2020   16:43 Diperbarui: 6 September 2020   08:58 7598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Satgas Monitoring Ketahanan Pangan Daerah di lingkungan Kemendagri yang juga Dirjen Bina Bangda Kemendagri Dr. Hari Nurcahya Murni - Foto: dokumen pribadi

Pandemi Covid-19 berdampak ke banyak sektor. Selain membatasi aktivitas manusia, termasuk mobilitas masyarakat terhenti, juga berdampak pada kehidupan sosial-ekonomi. 

Rakyat yang termasuk kategori miskin di berbagai pelosok di daerah adalah pihak paling signifikan terdampak pandemi dan bencana non-alam ini. Dalam kehidupan normal saja, tanpa pandemi Covid-19, banyak warga di pedalaman berada dalam garis kemiskinan. Apabila pemerintah pusat tidak turun tangan, potensi munculnya rumah tangga miskin baru di daerah terbuka lebar.

Memang Pemerintah sudah memberikan sejumlah paket bantuan berupa stimulus ekonomi kepada sektor informal dan bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan terdampak Covid-19. 

Pemerintah sudah memberikan dua kali stimulus hingga ratusan Triliun dalam berbagai bentuk program. Kini geliat ekonomi sektor informal menjadi lesu, yang berimbas pada turunnya pendapatan para pekerja informal dan telah terjadi banyak PHK sehingga para pekerja yang selama ini mencari peruntungan di kota, banyak yang kembali ke desa. Hal itu yang membuat angka kemiskinan di daerah semakin meningkat.

Sebanyak 57,2 persen atau 74,2 juta pekerja Indonesia bekerja di sektor informal. Artinya tenaga kerja di Indonesia sebagian besar di sektor informal. Insentif sangat membantu untuk membeli bahan-bahan pokok. Pemberian insentif harus menyasar pada semua sektor informal yang terpukul karena perlambatan ekonomi akibat Covid-19. 

Untuk itu, pemerintah daerah diharapkan mengantisipasi lesunya aktivitas perekonomian, anjloknya sumber penghasilan harian, kelangkaan dan melambungnya harga-harga barang dan jasa (khususnya sembako). Pemerintah provinsi perlu bekerja sama dengan Bulog untuk memastikan ketersediaan stok pangan, terutama distribusi beras secara merata ke seluruh daerah.

Jangan sampai ada mafia pangan yang mengambil untung besar memanfaatkan kesempatan ini.

Tidak hanya dilanda dampak Corona, petani di beberapa wilayah di Indonesia diprediksi menderita bencana kelaparan. Minimnya curah hujan di musim panas ini membuat petani gagal tanam. 

Karena itu, bekerja sama dengan BNPB dan Kemensos, pemerintah daerah harus menyediakan dana bantuan sosial atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin di sektor informal, seperti petani, tukang ojek, pedagang pasar tradisional dan rakyat miskin yang mengalami kesulitan karena virus dan gagal tanam. 

Salah satu kunci untuk tetap survive di tengah ancaman resesi ekonomi karena dampak COVID-19 adalah menjaga ketahanan pangan. Hal itu yang sukses dilakukan Tiongkok selama pandemi.

Negeri Tirai Bambu itu Jika masyarakat Tiongkok saja bisa survive menghadapi Covid-19 dan saat ini sudah relatif stabil, akrivitas warga dan industri sudah mulai berangsur normal, itu semua karena masyarakatnya kreatif dan mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun