"Anak lelaki diteriaki karena belum makan. Anak perempuan diteriaki, karena belum cuci piring."
Berbicara soal Patriarki, tentunya kita tahu bahwa ia merupakan budaya di mana yang mendominasi kekuasaan serta pemilik kendali adalah laki-laki. Sementara perempuan diharapkan sekedar mengurus tugas domestik. Tentunya hal ini berlaku dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, sosial, dan keluarga. Sistem sosial ini tidak layak digunakan lantaran terdapat ketimpangan keadilan dalam menjalankannya.
Patriarki dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, seperti:
1. Diskriminasi gender:Â Perempuan sering kali menghadapi diskriminasi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, pekerjaan, dan politik. Mereka akan dianggap pemberontak jika menyuarakan pendapat.
2. Kekerasan terhadap perempuan:Â Sistem patriarki dapat membenarkan atau menolerir kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual. Baik secara verbal maupun non verbal, karena perempuan dianggap tidak memiliki hak serta kendali atas dirinya.
3. Keterbatasan akses:Â Belenggu tugas rumahan membatasi perempuan dalam berbagai sumber daya, seperti pendidikan, pekerjaan, dan properti.
4. Stereotip gender:Â Kemampuan perempuan dibatasi sehingga potensi dan kesempatan mereka tersekat oleh dinding gender. Dengan anggapan bahwa perempuan tidak kompeten dan tidak bisa diandalkan. Namun dalam tugas domestik dituntut untuk serba bisa---tanpa apresiasi maupun validasi.
Dengan demikian, Patriarki merupakan sistem menyimpang yang tidak selaras dengan dasar Ideologi negara yaitu Pancasila, serta berdampak negatif terhadap kestabilan masyarakat secara keseluruhan. Termasuk diantaranya yaitu:
1. Keterbatasan kesempatan.
Perempuan memiliki kesempatan yang terbatas untuk mengembangkan potensi dan mencapai tujuan mereka.
2. Ketidaksetaraan.