Mohon tunggu...
kartosar
kartosar Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi istimewa itu membebani

Menulis untuk menjaga kewarasan - Menulis untuk melatih otak - Menulis untuk hidup

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ditawari Buaya, Pilih Impala di Joburg

2 Maret 2021   21:23 Diperbarui: 3 Maret 2021   13:06 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kartosaragih.id/2020/08/08/empuknya-daging-impala-di-carnivore/

Hawa dingin menusuk tulang. Bahkan di dalam bus sekali pun. Saya menyesal tidak membawa baju hangat yang cukup tebal dari Jakarta. Kini, setelah  10 jam mendarat di Johannesburg, kami  berada di jalan tol menuju pinggiran kota, sebuah kawasan pedesaan Muldersdrift. Perjalanan sekitar 30 menit. Di kawasan ini terdapat salah satu restoran favorit di Johannesburg.

Papan nama tempat ini tampak samar-samar karena terkendala minimnya penerangan. Tapi semakin jelas ketika mendekat. Selamat datang di Carnivore. Resto favorit yang menyajikan daging-daging khas Afrika, termasuk daging satwa buruan yang dikenal dengan istilah game meats. Menyantap daging sapi atau sejenisnya sudah terlalu mainstream. Bagaimana dengan daging impala, kudu, atau buaya?

Bagian belakang resto cukup luas. Bertingkat. Dilengkapi meja-meja panjang untuk rombongan. Kami memenuhi tempat yang sudah dipesan. Sesaat kemudian para pelayan laki-laki besar berkulit gelap menghampiri. Jangan tertipu dengan warna dan kulit dan posturnya karena mereka sangat ramah.

Seorang pelayan bercelemek garis-garis tiba-tiba muncul dari belakang saya. Dia menyodorkan daging panggang besar berikut besi panggangannya ke tengah meja. Kami kaget. Tapi langsung lapar melihat daging berlapis-lapis. Dia menjelaskan jenis-jenis daging di panggangan. Rusa, zebra, impala, dan buaya. Buaya! Seisi meja kaget, dan ngakak. Saya menunjuk daging impala. Saya lupa teman-teman memilih apa, yang pasti bukan buaya. 

Beberapa potong daging langsung dipotongnya. Daging impala pesanan saya sudah berada di piring. Pelayan menghampir meja-meja lain dengan tawaran yang sama. Tak lama, pelayan lain menyodorkan botol minuman. Saya memilih anggur merah. Kapan lagi bisa makan panggangan dengan anggur. Good choice, kata sang pelayan. Dia hanya sebentar di meja kami karena rombongan lebih banyak memilih minuman biasa.

Saya ambil pisau untuk memotong daging. Tusuk dengan garpu, celupkan ke saos. Santap. Hmm, mirip daging rusa atau kambing, tapi sedikit lebih keras. Rasanya seperti daging kebanyakan. Harusnya tadi mencoba zebra, atau buaya. Ah, sudahlah, he he .

Di tengah restoran terdapat dapur besar. Dari jauh kelihatan biasa, tapi panggangan bulatnya ternyata bergerak berputar . Beberapa pelayan mengawasi daging yang berputar. Tak lupa tersenyum ke pengunjung yang melihat.

Carnivore  ini resto favorit  turis. Beberapa orang terkenal  pernah bersantap di sini. Harga per porsi sekitar 500 ribu rupiah. Soal makanan, banyak menu yang aman. Ayam, sapi, dan lainnya. Salah satu dessert terbaiknya; ice cream.

Ini secuil pengalaman kuliner saya saat mengunjungi Johannesburg, Afrika Selatan, beberapa tahun lalu. Pengalaman mengesankan, tentunya. Februari lalu tepat 30 tahun dibebaskannya mendiang Nelson Mandela dari penjara. Pembebasan tokoh kharismatik ini menandai berakhirnya kebijakan rasis bernama apartheid di Afrika Selatan.  Tahun 1994, dia menjadi presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun