Nama besar Syekh Siti Jenar populer dalam setiap gelaran ketoprak atau pada siaran sandiwara stasiun radio lokal pasa masanya yang menyampaikan kisah perjalanan Sunan Kalijaga. Setelah mengikuti kisah riwayat hidup Sunan Kalijaga yang pernah diterbitkan dari keluarga trah Kadilangu, munculnya nama Syekh Siti Jenar merupakan pemberian nama atau sebutan dari Sunan Bonang setelah mengetahui dalam perahunya terdapat penumpang gelap yang sempat nguping pembelajaran kepada Sunan Kalijaga yang sejatinya hanya berdua dan dilakukan di tengah rawa agar tidak ada pihak lain yang mendengarkan, karena bila ilmu yang diberikan tidak dipegang oleh yang mumpuni dapat berakibat berbahaya. Ilmu tersebut sangat terkenal yaitu Panunggaling Kawula Gusti. Tak ada pilihan lain bagi Sunan Bonang menerimanya sebagai murid setelah mengetahui hasil dari penjelmaan se ekor cacing yang menempel di perahu dan berubah wujud menjadi manusia setelah ikut mendengan petuah dari A to Z ikut didengar.
Setelah perahu mendarat lagi di tepi rawa, Syekh Siti Jenar mohon pamit kepada Sunan Bonang. Selanjutnya Sunan Bonang berpesan jika kelak mendirikan pondok pesantren sendiri hendaknya mengajarkan ilmu agama Islam yang hag, yang benar menurut faham Ahlusunnah Wal Jama'ah. Dan jangan sekali kali memberikan ngelmu Panunggaling Kawula Gusti yang telah dikuasainya kepada sembarang orang, karena dapat berdampak bahaya bila disalah tafsirkan. Sepeninggal Syekh Siti Jenar pamit meninggalkan Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Terdapat perasaan atau firasat yang kurang baik mengenai masa depan Syekh Siti Jenar menyebarkan ajaran yang bertentangan dengan ketentuan ketentuan Ahlusunnah Wal Jama'ah pada diri Sunan Bonang dan disampaikan kepada Sunan Kalijaga.
Syekh Siti Jenar mempunyai sebutan Seh Lemah Brit atau Seh Lemah Abang yang bermakna guru tanah merah yang menandakan seorang dari kalangan pribumi yang berasal dari daerah rawa rawa disekitar pantai Tuban. Sehingga Syekh Siti Jenar juga mampu menguasai ilmu tertinggi dari para Wali yang membuktikan bahwa dari kalangan terendah derajatnya apabila bersungguh sugguh belajar mampu dan sejajar dengan para Wali.
Beberapa waktu kemudian apa yang menjadi firasat Sunan Bonang terjadi. Syekh Siti Jenar telah mendirikan pusat pendidikan agama di Krendasawa masuk wilayah pemerintahan Kasultanan Demak, telah mempunyai banyak pengikut murid yang masif ikut menyebarluaskan ajaran yang menyimpang dari faham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah di kalangan masyarakat luas. Dalam menyebarkan ajarannya mengenyampingkan Syariat dan hanya mengutamakan Hakikat. Dari kalangan para Wali dianggap pelanggaran dan dapat membahayakan keamanan negara. Maka diutuslah Sunan Kalijaga membawa misi diplomasi agar Syekh Siti Jenar menghentikan gerakan ajaran sesat agar tidak timbul hal yang tidak di inginkan. Setelah Sunan Kalijaga membawa hasil misi diplomasi terkait menyadarkan Syekh Siti Jenar gagal karena permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi dan malah menantang balik. Walaupun Sunan Kalijaga mampu mengalahkan Syekh Siti Jenar namun tantangan tidak diladeni. Sebaliknya Sunan Kalijaga kebali menghadap kepada Sri Sultan dan Para Wali menyerahkan kembali keputusan yang akan diperbuat selanjutnya. Karena telah terang terangan secara angkuh Syekh Siti Jenar berkata bahwa para wali dan sri sultan tidak berhak memerintah dirinya.
Demi menjaga keselamatan ajaran agama Islam yang benar, serta menjaga ketentraman umum dan kewibawaan Walisongo diputuskan menjatuhkan hukuman mati. Berangkatlah Sri Sultan, para Walisongo dan pasukan tentara Demak menuju Krendasawa. Namun kedatangan rombongan pasukan tidak disambut dengan perlawanan. Sunan Bonang didampingi Sunan Giri dan Sunan Kalijaga menyampaikan putusan vonis hukuman mati Syekh Siti Jenar malah disambut dengan baik. Pelaksanaan eksekusi hukuman mati dilaksanakan dihadapan Sri Sultan, Para Walisanga serta segenap pengikut perguruan Syekh Siti Jenar. Dengan berbagai macam persenjataan digunakan namun belum matilah Syekh Siti Jenar. Akhirnya dengan kekuatan dalam diri Syekh Siti Jenar mematikan dirinya tanpa melalui persenjataan. Kematiannya diikuti oleh para pengikutnya dengan sukarela bunuh diri dihadapan khalayak ramai.
Dengan kematian Syekh Siti Jenar berhentilah pula penyebaran ajarannya. Namun secara terbatas masih terdapat beberapa yang masih mempelajarinya diantaranya terkenal dengan nama Ki Ageng Pengging. Setelah peristiwa Syekh Siti Jenar menggemparkan kehidupan beragama dan ketertiban umum situasi menjadi pulih kembali. Dengan pulihnya situasi keamanan dan suasana kehidupan. Selanjutnya Sunan Bonang, Sunan Giri lebih berkonsentrasi menggarap bidang adat dan seni budaya Jawa dalam rangka melembagakan Islam hingga kedasar kehidupan masyarakat tradisional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI