Pertengahan bulan Maret Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang sangat penting bagi umat muslim di Indonesia, yaitu imbauan untuk salat Jumat dilakukan di rumah. Imbauan yang berupa fatwa itu dikeluarkan di tengah merebaknya pandemic global berupa covid-19. Â
Fatwa itu kemudian diteruskan oleh beberapa ormas Islam seperti Nahdatul Uama dan Muhammadiyah yang juga membantuk untuk menghimbau umat agar mematuhi ketentuan pemerintah.
Fatwa itu adalah kelanjutan dari kebijakan pemerintah untuk membatasi hubungan fisik dengan orang lain dalam hal ini adalah social distancing. Social distancing ini adalah jarak yang dianggap aman untuk berhubungan atau berelasi dengan orang lain. Â Selain social distancing, pemerintah juga menyarankan untuk sedapat mungkin bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Imbauan untuk beribadah dari inilah yang mendorong fatwa MUI dikeluarkan.
Tak kurang dari Imam Besar Masjid terbesar se Asia Tenggara yaitu Nasaruddin Umar mengatakan bahwa " Ada cukup alasan untuk menghindari pertemuan keagaam seperti itu," katanya dalam konferensi pers yang dilakukan sesaat setelah fatma diumumkan oleh MUI. Masjid besar itupun disemprot dengan disinfektan berupa alcohol.
Tetapi memang ada beberapa pihak yang punya tafsir sendiri soal ibadah dan wabah yang sedang melanda dunia ini. Mengutip sebuah media mainstream, seorang narasumber bernama Aswin Jusar yang berusia 76 tahun dan bertempat tinggal di Depok, yang berdekatan dengan Jakarta Selatan, dia punya pandangan berbeda soal ibadah dan musibah yang melanda ini.
"Allah melindungi mereka yang mematuhi kewajiban mereka," kata Aswin Jusar ketika bersiap berangkat salat Jumbat mekipun ada imbauan dari walikota berdasar dari keputusan pemerintah dan fatwa MUI.
Pandangan berbeda seperti ini bukan milik Aswin saja. Beberapa orang yang ada di Istambul Turkijuga berpandangan seperti itu. Dia mengatakan " Saya tidak melarikan diri dari korona. Bahkan jika saya lari, jika kematian ada dalam takdir Anda, Anda dapat mengalami kecelakaan lalu lintas atau meninggal dengan cara lain," katanya.Â
Pandagan berbeda itu juga ada di beberapa negara lain. Pandangan ini berbahaya karena sejatinya kerumuman orang yang sedang salat itu mempermudah penularan dari orang ke orang, sehingga kematian bisa saja mengintip.
Padahal kita tahu bersama bahwa semua agama di dunia mengutamakan nyawa manusia sebagai mahluk yang dicintai Sang pencipta, termasuk Islam. Islam mempromosikan kehidupan dan bukan kematian.