Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Latih Lathimu, Mulai Maafkan Diri Sendiri

22 Mei 2020   05:44 Diperbarui: 22 Mei 2020   05:52 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lidah (Sumber:shutterstock via lifestyle.kompas.com)

Maafkanlah diri sendiri

Sebulan ramadan ini, Maha Pemilik hati kita memberi kesempatan kita berkontemplasi melalui berpuasa dan menjalankan ibadah sebanyak-banyaknya. Dengan berpuasa IA mengajak ciptaanNYA mengenali dirinya sendiri, untuk menahan hawa nafsunya yang selalu ada di hati. 

Pengendalian kerakusan dilatih, Nafsu syahwat bahkan dengan pasangan sah direm sementara, ketamaakan dan kekikiran juga dibuang jauh-jauh dengan perbanyak sadaqoh, rasa malas juga ditekan dengan tetap ibadah meski dalam keadaan perut lapar, bahkan perbanyak ibadah di malam-malam yang meletihkan.  

Membuat diri ini menangisi kesombongannya, tak berani lagi memaklumi kedengkiannya. Semua penyakit hati dikenali, diterima baik dengan rasa sedih, malu, kecewa untuk dimusnahkan melalui puasa. 

Kemenangan puasa dirayakan dengan saling bermaaf-maafan dengan niat menjadikan diri kembali suci seperti baru lahir. Memusnahkan dendam terhadap siapapun yang pernah membuat kita tersinggung, marah ataupun  kecewa. Tetapi satu orang yang sering kita lupa untuk meminta maaf dan saling memaafkan, yakni diri sendiri. Padahal sebulan ini, kita diberi kesempatan untuk berdialog selama menjalankan ibadah puasa ini. Pergolakan batin saat ingin berbuat curang saat puasa membuktikan bahwa sebenarnya ada komunikasi dengan diri kita sendiri.

Memaafkan diri sendiri itu tak semudah mengucapkannya. Bahkan jauh lebih mudah memaafkan orang yang pernah paling kita benci seumur hidup kita. Memaafkan orang-orang yang pernah memberikan luka batin dengan trauma, baik yang disadari ataupun tidak. Tak pernah ada kata benci kecuali kita pernah cinta. 

Memaafkan orang yang kita benci itu mudah, cukup doakan. Meski ia tak pernah meminta maaf langsung kepada kita. Kita akan mudah memaafkannya dengan mendoakan kebaikan untuk dirinya. 

Persoalan muncul saat forgiven but not forgotten. Pergolakan batin saat mengingat, merasakan belum mencapai titik ikhlas memaafkan sesungguhnya. Bahkan dapat membuat kita menyalahkan diri sendiri. Tak dapat memaafkan diri sendiri yang telah declare memaafkan. 

Segala termaafkan jika kita telah selesai dengan diri memaafkan sendiri. Woles sajalah ya kalo kerennya ikuti filsafat stoa gitulah. 

He he masih ya kalo nyebut filosofi itu lebih keren yak, wkkk wkkk. Woles aja, dengan mempersiapkan diri kepada kemungkinan terburuk tanpa terbeban pikiran. Masalah itu diselesaikan, buat langkah preventif terhadap risiko dan korektif jika salah. Gagal? ya perbaiki lagi. Kedua, kendalikan saja apa yang dapat kamu kendalikan. 

Ya itu pikiranmu, ngapain kamu sibuk mikirin sesuatu yang diluar kendalimu, temanmu ngamukan gak sopan sama kamu, lalu sebar gosip kamu kemana-mana, woles aja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun