Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ada yang Mudik ke Hollywood, Malah Ada yang ke Sky

7 Juni 2018   20:37 Diperbarui: 7 Juni 2018   20:54 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan ramadan ini saya mendapat anugerah ditugaskan untuk kepo dengan kegiatan beberapa anak muda. Jadi sesuai timesheet saya menagih laporan kegiatan, via WA. Karena memang posisi mereka di kabupaten sedangkan saya di Palembang.

"Gak bisa Yuk, kalo tanggal 10, buat tanggal 15 ya?" bunyi salah satu pesan di WA.

"Lihat kalender gak sih?, itu idul fitri. Yakin?"tanyaku.

"Ha ha iya Yuk, santai Yuk. Aku cuma mudik ke Hollywood kok"sahutnya.

"Kota atau simpang?" tanyaku menegaskan.

"Ya kota lah Yuk, kalo Simpang Kayu Agung di Plaju ya gak mudik namanya"sahutnya.

Kayu Agung adalah ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir.

"Kalo si A (menyebut nama rekan) ke Kingstone ya?"tanyaku. Baturaja adalah Ibukota Kabupaten Ogan Komering Ulu.

"Idak Yuk, dia ke Martapura"sahutnya.

Martapura yang dimaksud bukan Martapura di Kalimantan Selatan, tetapi Ibu kota Kabupaten OKU Timur.

"Lah..kapan  monitoring?"sahutku.

"Habis lebaran saja Yuk, ayuk berapa lama mudik?"tanyanya.

"Kok kamu yang ngatur?"jawabku lagi.

"Usul Yuk, bukan ngatur"tukasnya.

"Kuyung malah mudik lebih jauh lagi Yuk, ke Sky" selorohnya

Maksudnya Sekayu, bukan sky langit.

"Garing ah, yang penting kalian jangan ada yang susah dihubungi. "sambut saya.

"Ye..ayuk sewot ya?"jawabnya.

Padahal saya sewot bukan mengenai saran dia, tapi terlebih karena ditanya berapa lama mudik. Menunjukkan dia adik yang gak paham posisi Ayuknya yang tidak pernah tahu mudik.

Lagian sebagai orang Sumsel kan tidak kenal udik kan? Tahunya kan ulu dan ilir.

Halah saya yang lebay kok, istilah mudik untuk mengatakan balik kampung sudah biasa digunakan di Palembang.

Saya tidak punya dusun asal. Jadi tidak ada tempat yang dituju.

Saya juga tidak pernah merantau, jadi tidak pernah tau rasanya mudik.

Seringkali hal ini membuat teman-teman SMP tertentu yang akan mudik ke Palembang "melapor" kepada saya.

Karena mereka tahu dengan pasti masa lebaran saya ada di Palembang, jadi saya bisa reservasi tempat tertentu untuk bertemu. Kami menghindari reuni, lah tiap hari kami ngobrol via WAG.

Kadang yang tidak dapat mudik juga suka curcol "anakku 3 sekarang Ka, tugas di Bau-bau, ongkos sekali pulang saja bisa beli motor. Jadi aku bisa pulang 3 tahun sekali saja"salah satu teman pernah bercerita begitu.

Sepupu saya yang bersuami orang Jawa tiap tahun mudik ke Jawa. Tetapi memang dipersiapkan sambil holiday. Bahkan bisa panjang rutenya sampai ke Bali dan Lombok. Pun memilih kendaraan pribadinya, alasannya agar dapat santai dan merasakan suasana mudik.

Saya cuma iya ho'oh sambil angguk-angguk saja, saya bukan type traveller yang tangguh dengan tingkat crowded seperti itu. Karena saya tidak bisa bilang "saya dapat merasakan letihnya". Saya kan tidak pernah menjalaninya.

Lalu kalo tidak mudik kemana?. Pasti silaturahim ke keluarga dan tetangga.

Sebagai pasa waktu 4 hari itu tidak cukup untuk mengunjungi sanak keluarga.

Hari pertama saya tentu setengaj hari di rumah mertua, dan mengunjungi keluarga besar suami bersama kakak beradik dari pihak suami yang memang  sebagian tinggal di luar Palembang saat lebaran mudik ke Palembang.

Ibu saya termasuk sepuh di kampung saya, saat hari pertama pula saya lebih menunggu tamu-tamu tetangga yang datang.

Lebaran kedua adalah hari perjuangan, karena saya wajib membalas kunjungan sepupu-sepupu yang datang di hari pertama ke rumah orang tua saya.

Karena Palembang dengan situasi pembangunan yang sedang dilebut macet adalah hal yang wajib kudu harus diterima sebagai hal biasa saja.

Jangankan di kawasan Jerman (Jendral Sudirman) bahkan di kawasan Swiss (Seputar Wilayah Sekip dan Sekitarnya) dengan lorong-lorong yang biasanya menjadi jalan pintas malah tempat macetnya kendaraan dimana-mana.

Mau escape ke beberapa tempat wisata luar kota. Selamat berjuang dengan kondisi jalannya.

Menghabiskan waktu di tempat wisata, tidak jauh-jauh mall, jikapun ke tempat lain seperti lokasi main air, taman burung atau hutan wisata, sewaktu libur lebaran. Ramenya war biazza.

Jadi, mau kemana kalo tidak mudik? Ya silaturahim ke keluarga handai taulan, jiron tetangga. Bukankah orang-orang berjuang mudik tujuannya menjumpai orang-orang terkasih.

Jadi mengapa kita menyia-nyiakan orang-orang terkasih di dekat kita?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun